Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jusuf Kalla Prihatin dengan Perubahan Iklim, Bikin Cuaca Makin Panas hingga Produksi Beras Menurun

Kompas.com - 04/10/2023, 15:44 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla mengaku prihatin atas perubahan iklim (climate change) yang berdampak signifikan pada seluruh manusia di bumi.

Hal ini dia ungkapkan dalam Conference On Religion and Climate Chage-South East ASIA (CORECS) 2023 digelar di Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (4/10/2023).

Konferensi ini digelar untuk membahas peran agama dalam memerangi dampak negatif dari perubahan iklim.

"Dunia ini sekarang ini penuh keprihatinan, karena dunia berarti seluruh umat manusia. Seluruh umat manusia artinya seluruh penganut agama, mengalami keprihatinan dan juga tentu bahaya, dan juga (mengalami) cobaan-cobaan," kata Jusuf Kalla, Rabu.

Baca juga: Cuaca Panas di Babel Capai 38 Derajat Celsius, Pekerja Disarankan Pakai Pelindung

Ia mengatakan, salah satu dampak perubahan iklim yang terjadi di Indonesia adalah cuaca panas. Pada siang hari, cuaca bisa mencapai 35-37 derajat celsius, yang turut dipengaruhi oleh fenomena El Nino.

Menurut Jusuf Kalla, cuaca panas ini jarang terjadi. Dahulu, cuaca panas ekstrem hanya terjadi di padang pasir.

"Jarang terjadi dalam pengalaman di Indonesia. Dulu panas hanya banyak di padang pasir, sekarang juga di Indonesia sangat panas," tutur dia.

Tak hanya cuaca panas, dampak perubahan iklim juga terlihat dari bencana banjir. Banjir yang biasanya terjadi di negara-negara tropis kini mulai dirasakan oleh negara lain, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Begitu pula kebakaran hutan. Fenomena ini biasanya hanya terjadi di negara-negara khatulistiwa seperti Indonesia, Amazon, dan sebagainya. Namun saat ini, Eropa dan Kanada pun mengalami kebakaran hutan.

"Akibatnya ialah kehidupan terpengaruh, makanan berkurang, produksi beras di Asia berkurang, sehingga banyak orang harus menghemat. Ekonomi kita akan sangat terdampak," tutur dia.

Jusuf Kalla lantas mengingatkan agar semua pihak berkontribusi menjaga bumi. Dia menyampaikan, menjaga bumi artinya mematuhi aturan agama yang melarang berbuat merusak dan senantiasa merawat keindahan.

Baca juga: Cuaca di Jakarta Diprediksi Masih Tetap Panas Selama 1-2 Pekan

Seluruh agama, kata Jusuf Kalla, sepakat dengan hal tersebut.

Adapun salah satu contoh menjaga bumi adalah memanfaatkan secara cermat potensi sumber daya alam yang ada. Saat kekeringan misalnya, masyarakat bisa menghemat air dan melakukan penanaman pohon kembali (reboisasi).

"Jadi tidak ada agama yang mengajarkan merusak alam, semua. Karena itu tindakan yang perlu adalah mengatasi hal yang rusak itu, memperbaikinya, dan mengurangi cara kita merusak alam," beber dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

Nasional
Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Nasional
PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

Nasional
KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

Nasional
KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com