Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Duet Prabowo-Khofifah

Kompas.com - 01/10/2023, 07:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bila Khofifah benar-benar menerima ajakah Prabowo, maka restu dan izin dari kekuasaan pun pasti sudah dikantonginya.

Saya pun mulai berandai-andai. Bila Ganjar Pranowo kelak akan berpasangan dengan Mahfud MD, maka pertarungan antara warga dan kader Nahdliyin akan kian seru.

Pasangan Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin adalah orang NU. Khofifah adalah kader NU, Mahfud MD juga demikian.

Ini mengulangi kontestasi pemilihan umum presiden 2004: Hamzah Haz (NU) berpasangan dengan Agum Gumelar, Salahuddin Wahid (NU) berpasangan dengan Wiranto, Hasyim Muzadi (Ketua Umum NU) berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla (NU) berpasangan dengan SBY.

Satu-satunya pasangan yang bukan warga Nahdliyin ketika itu, ialah Amien Rais yang berpasangan dengan Siswono Yudhohusodo.

Pemilihan presiden kali ini, pasti sangat seru di kalangan Nahdliyin lagi.

Bila ternyata nantinya terbukti Prabowo menetapkan Khofifah sebagai pendampingnya dalam Pilpres 2024, tentu kita semua mengajukan pertanyaan lanjutan: bagaimana PAN yang mengajukan Erick Thohir dan Partai Golkar yang juga membayangkan Airlangga Hartarto sebagai pendamping Prabowo? Apakah kedua partai pengusung tersebut bakal mengundurkan diri dari koalisi pendukung Prabowo?

Saya yakin, itu tidak bakal terjadi karena waktu untuk mencari koalisi baru sudah hampir habis. Memulai sesuatu yang baru amat pelik karena butuh waktu panjang untuk saling menyesuaikan.

Lagi pula, bila kedua partai tersebut keluar dari koalisi, Prabowo Subianto tetap bisa maju menjadi calon karena koalisi Partai Gerindra bersama Partai Demokrat, batas minimum perolehan partai untuk mencalonkan presiden/wakil presiden, tetap terpenuhi. Tidak ada masalah.

Sejatinya, pasangan Prabowo-Khofifah, sejak dari awal. Malah, sebelum Prabowo mencanangkan koalisi dengan PKB, nama Khofifah mendampingi Prabowo sudah berhembus kencang.

Hanya ketika itu, Khofifah belum berani menyatakan setuju, karena pengaruh kekuasaan atas dirinya, masih sangat dominan. Kali ini, duet Prabowo-Khofifah, ibarat cinta lama bersemi kembali.

Bagaimana bila Khofifah tiba-tiba diminati juga oleh Ganjar Pranowo? Isu ini mulai berhembus juga. Nah, ini sepenuhnya tergantung pada Khofifah.

Yang pasti, dalam pemilihan umum presiden/wakil presiden kali ini, harga kader-kader NU meroket tinggi. Permintaan pasar datang silih berganti, susul menyusul, tanpa henti.

Ini semua karena posisi NU secara geografis, berpusat di Jawa Timur, yang memiliki populasi terbesar kedua di republik kita. Para calon mungkin berprinsip: sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

Dalam benak saya pun sekarang, muncul kerisauan khusus: sebesar apa pun kue yang tersedia, bila banyak orang yang meminatinya, maka masing-masing orang hanya mendapat irisan tipis. Sudahkah dipikir yang ini? Wallahu alam bissawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com