JAKARTA, KOMPAS.com - Gesekan antara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan PDI Perjuangan berpotensi meninggi setelah putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, ditetapkan sebagai ketua umum partai berlambang bunga mawar itu.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, hal ini salah satunya disebabkan karena basis massa PSI dan PDI-P yang beririsan.
“Masuknya Kaesang ke PSI, bahkan menjadi Ketum PSI, jelas akan mempertebal gesekan antara PDIP dan PSI. Karena sejak awal memang kedua partai ini memilih basis pemilih dengan ceruk massa dan karakteristik yang serupa,” kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (27/9/2023).
“Sehingga kanibalisme elektoral antara PSI dan PDI-P sudah terlihat pada Pemilu 2019 lalu,” tuturnya.
Baca juga: Kaesang Jadi Ketua Umum PSI, Jokowi: Masa Ditanyakan ke Bapaknya Terus?
Sebagai putra bungsu Jokowi, Kaesang diprediksi mampu menarik sebagian suara pemilih loyal ayahnya, khususnya yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera Utara, dan Indonesia bagian timur.
Di satu sisi, ini menjadi angin segar bagi PSI yang akan semakin dinamis dan kompetitif di kancah politik. Namun, di sisi lain, situasi ini bisa mengancam PDI-P.
Apalagi jika kelak PSI tak memberikan dukungan buat bakal capres PDI-P, Ganjar Pranowo, melainkan merapat ke koalisi pendukung Prabowo Subinto. Kondisi ini diyakini bakal berpengaruh ke suara Ganjar pada pemilu presiden (pilpres) mendatang.
“Agresivitas mesin politik PSI setelah dinakhodai Kaesang akan berkontribusi pada efektivitas pemenangan capres Prabowo, sekaligus menggerus pemilih Ganjar Pranowo,” ujar Umam.
Baca juga: Jokowi Restui Kaesang Jadi Ketua Umum PSI
Selain itu, kata Umam, bergabungnya Kaesang ke PSI seolah tak mengindahkan anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART) PDI-P yang melarang keluarga anggota partai bergabung ke partai politik lain.
Memang, sejauh ini, PDI-P tampak tenang atas manuver Kaesang. Namun, bukan tidak mungkin partai banteng sebenarnya menyimpan kemarahan.
“Sikap diam itu bisa jadi merepresentasikan rasa kemarahan yang terpendam, alias ‘api dalam sekam’,” ujarnya.
Umam melanjutkan, tingkat resistensi PDI-P terhadap PSI akan sangat ditentukan oleh kemampuan Kaesang dalam menavigasi pola komunikasi dan pola kompetisi antarkedua partai.
Di sinilah kapasitas kepemimpinan Kaesang dan mesin politik PSI terhadap Kaesang akan diuji.
“Jika di bawah kepemimpinan Kaesang, PSI bisa melakukan ekspansi elektoral ke basis pemilih di luar loyalis PDI-P, dengan meraup ceruk massa swing voters yang lebih luas, maka hal itu bisa memposisikan Kaesang sebagai jembatan komunikasi yang lebih baik antara PSI dengan PDI-P,” tutur dosen Universitas Paramadina itu.
Sebagaimana diketahui, Kaesang bergabung dengan PSI pada Sabtu (23/9/2023). Dua hari setelahnya atau Senin (25/9/2023), ia didaulat sebagai ketua umum PSI melalui forum Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI.
Kaesang menggantikan Giring Ganesha yang kini ditunjuk sebagai anggota dewan pembina partai berlambang bunga mawar itu.
Baca juga: Interpretasi Makropolitik Kaesang Sang Ketum Baru PSI
Dalam pidato pertamanya sebagai ketua umum, Kaesang menyinggung soal arah dukungan PSI pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Katanya, PSI tak ingin terburu-buru terkait ini.
“Di kesempatan kali ini, izinkan saya menyampaikan dukungan capres PSI di 2024 adalah...” kata Kaesang di Djakarta Theatre, Senin malam.
“Sabar toh sabar, kita tuh pelan-pelan dulu. Ojo kesusu, beri kami waktu untuk mendengar langsung dan merasakan denyut di akar rumput, baru kita tentukan arah kemenangan kita,” lanjutnya disambut riuh tepuk tangan kader dan simpatisan PSI yang hadir dalam forum Kopdarnas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.