JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) karena punya nilai jual yang unik.
Menurut Umam, PSI selama ini memang cenderung mengedepankan figur yang dapat menjadi simbol dari gerakan politik yang mereka jalankan.
"Mencermati pola yang berjalan selama ini, tampaknya PSI mengedepankan figur yang memiliki selling point sebagai simbol political branding and marketing yang mereka jalankan," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (16/9/2023).
Baca juga: Jadikan Kaesang Ketua Umum, PSI Dinilai Hanya Berorientasi Kekuasaan
Umam mencontohkan, Grace Natalie sebagai ketua umum pertam PSI merepresentasikan identitas politisi muda dan perempuan.
Grace juga dianggap mewakili kelompok minoritas yang menyimbolkan komitmen terhadap nilai-nilai solidaritas yang diusung oleh PSI.
Sementara itu, menurut Umam, Kaesang dipilih menjadi Ketua Umum karena lelaki 28 tahun itu adalah simbol anak muda sekaligus merepresentasikan keluarga Jokowi.
"Sehingga bisa menjadi mesin politik yang efektif untuk mengeruk massa pendukung loyal Jokowi. Jika itu dilakukan dengan serius, tidak menutup kemungkinan PSI bisa lolos parliamentary threshold 4 persen," ujar dia.
Umam berpandangan, kehadiran Kaesang dapat membuka pintu bagi PSI untuk berpenetrasi ke segmen pemilih loyal Jokowi, baik di Jawa maupun luar Jawa, misalnya di Sumatera Utara dan Indonesia timur.
Baca juga: Kaesang Jadi Ketum PSI, Terjun ke Politik Terinspirasi dari Jokowi
Ia pun menduga bahwa akan ada operasi politik masif demi mewujudkan janji Kaesang membawa PSI memperoleh suara di atas 4 persen dan masuk ke Senayan.
"Besar kemungkinan akan mendorong terjadinya operasi politik yang masif yang didukung oleh kekuasaan, karena hal ini menyangkut karier dan kredibilitas politik putra sang penguasa," kata Umam.
Ia mengatakan, di satu sisi, hal itu memang menjadi angin segar bagi PSI. Namun, di lain sisi, manuver tersebut merupakan sebuah peringatan dini bagi PDI-P.
Baca juga: Pidato Lengkap Kaesang sebagai Ketum PSI, Singgung Peran Jokowi hingga Dukungan Pilpres 2024
Sebab, hasil Pemilu 2014 dan 2019 menunjukkan bahwa PDI-P menikmati efek ekor jas dari Jokowi.
Efek tersebut dinilai dapat tergerus dengan kehadiran Kaesang di PSI dan manuvernya yang mengajak relawan Jokowi untuk berjuang bersama PSI.
"Artinya, potensi naiknya elektabilitas PSI berpeluang menciptakan 'kanibalisme elektoral' pada basis pemilih PDIP. Sebab, keduanya memiliki basis pemilih bercorak nasionalis yang relatif serupa," ujar Umam.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.