Terakhir, pendekatan konsensual menemukan tempatnya dalam menyelesaikan konflik yang berakar pada masalah distribusi, seperti sengketa tanah.
Memilih proses informal untuk menyelesaikan sengketa publik memupuk pemecahan masalah secara kolaboratif sambil menghindari jebakan litigasi.
Pendekatan ini memperbaiki hubungan antara pihak-pihak yang bersengketa dan menghasilkan hasil lebih optimal bagi semua pihak.
Untuk memahami bagaimana pendekatan konsensual bekerja dalam praktiknya, mari ambil pelajaran dari pengalaman Joko Widodo Ketika menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Ia dihadapkan pada tugas ‘berat’ memindahkan pedagang kaki lima tanpa menggunakan kekerasan atau paksaan.
Dalam kasus Solo, Jokowi membutuhkan tujuh bulan untuk memindahkan pedagang kaki lima di sekitar Monumen Banjarsari.
Banyak asosiasi pedagang dengan keras menentang pemindahan ini. Namun, pendekatan Jokowi sungguh luar biasa.
Dia terlibat dalam lebih dari 50 pertemuan dengan para pedagang, menunjukkan komitmennya yang teguh untuk memahami kekhawatiran mereka.
Bahkan, ia mengundang mereka untuk makan bersama, mengakui efektivitas apa yang disebutnya sebagai 'lobi melalui makanan'.
Melalui dialog yang gigih dan keterlibatan yang penuh hormat, akhirnya para pedagang setuju untuk dipindahkan. Contoh ini menjadi bukti kekuatan pendekatan konsensual, bahkan dalam situasi menantang.
Saat Indonesia bergulat dengan masalah konflik lahan yang terus berlanjut, pendekatan konsensual memberikan tanda harapan.
Ini menawarkan alternatif konstruktif terhadap kekerasan dan paksaan, dengan menekankan dialog, pemahaman, dan kompromi.
Dengan merangkul pendekatan ini, Indonesia dapat melupakan warisan kekerasan dan kekuasaan yang telah menghantui sejarah konflik tanahnya dan bekerja menuju masa depan yang lebih harmonis.
Dalam pencarian perdamaian abadi, mari kita ingat bahwa konflik dapat diselesaikan melalui pemahaman, komunikasi, dan saling menghormati.
Pendekatan konsensual adalah bukti kemampuan kita untuk bangkit di atas konfrontasi dan bekerja bersama menuju masa depan yang lebih baik dan lebih damai.
Kita berharap bahwa masa depan sengketa lahan tidak lagi meninggalkan luka di masyarakat.
Saatnya kita menempuh jalan damai untuk menyelesaikan konflik dan dalam sengketa lahan di Indonesia melalui pendekatan konsensual.
*Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.