Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Kepentingan Koalisi Vs Gagasan Capres: Siapa Penentu Masa Depan Indonesia?

Kompas.com - 22/09/2023, 14:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mengakui dilema ini adalah langkah pertama menuju reformasi. Koalisi bukanlah sesuatu yang buruk; koalisi merupakan kebutuhan demokrasi, terutama di negara yang beragam dan kompleks seperti Indonesia.

Namun, koalisi harus bertransformasi dari penghalang menjadi saluran untuk perubahan yang sejati.

Transformasi ini membutuhkan masyarakat sipil yang aktif, media yang waspada, dan yang paling penting, kelas politik yang bersedia untuk menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan politik.

Seiring dengan berjalannya waktu menuju pemilu 2024, pemilih memainkan peran penting. Para pemilih harus menyadari keterbatasan yang diberlakukan oleh koalisi dan menuntut transparansi dan akuntabilitas.

Pengawasan publik yang semakin ketat dapat memaksa koalisi untuk berevolusi menjadi platform yang mempertemukan gagasan dan kepentingan nasional, bukannya berbeda.

Dalam membedah jaringan labirin politik Indonesia, kita harus mengenali peran uang besar dan patronase. Lanskap politik bukan hanya medan perang ide dan ideologi, tetapi juga arena di mana kepentingan finansial dijaga dengan ketat.

Seringkali, koalisi tidak dibentuk semata-mata berdasarkan kecocokan ideologi, tetapi juga bagaimana mereka dapat melindungi dan memajukan kepentingan bisnis para penyokongnya.

Dimensi ini menambah lapisan kompleksitas lain pada kalkulus koalisi, sehingga sulit untuk mengurai posisi kebijakan yang murni dari mereka yang dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.

Selain itu, ada pengaruh yang lebih halus lagi yang sedang bekerja: pengaruh budaya politik dan sosial.

Budaya politik Indonesia berakar kuat pada tradisi yang menekankan konsensus dan harmoni, yang sering kali mengarah pada penghindaran politik yang penuh perdebatan.

Meskipun sifat-sifat ini dapat menjadi aset dalam menciptakan tatanan sosial yang harmonis, mereka juga dapat menghambat wacana kritis.

Akibatnya, calon presiden potensial mungkin menahan diri untuk tidak menantang kebijaksanaan yang berlaku dalam koalisi mereka atau menentang tokoh-tokoh yang berkuasa, yang mengarah pada suasana konformitas daripada kontestasi.

Hal ini membawa kita pada lanskap media, yang memainkan peran ganda dalam membentuk opini publik dan berfungsi sebagai pengawas.

Namun, media menyadari adanya hubungan yang kompleks antara koalisi dan patronase. Ada beberapa kasus di mana media, alih-alih bertindak sebagai pengamat yang objektif, justru menjadi corong kepentingan politik tertentu.

Hal ini dapat mengaburkan isu-isu yang sebenarnya, menyesatkan para pemilih, dan mengurangi debat publik menjadi pertunjukan teater belaka, sehingga merusak proses demokrasi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com