Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulog Pastikan Cadangan Beras Cukup, Ada 1,2 Ton di Akhir Tahun 2023

Kompas.com - 20/09/2023, 11:17 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perum Bulog memastikan cadangan beras pemerintah (CBP) cukup hingga akhir tahun 2023 untuk mengantisipasi kekeringan yang berpotensi mengerek kenaikan harga di tingkat konsumen.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, cadangan beras Bulog diproyeksi masih ada sekitar 1,2 juta ton pada akhir tahun.

"Cukup, karena kita proyeksinya di akhir tahun itu, stok kita di atas 1 juta ton. Kemarin proyeksinya dari Bapanas stok akhir tahun kita kurang lebih sekitar 1,2 juta ton," kata Awaludin Iqbal saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/9/2023) malam.

Baca juga: Kemarau Panjang, Perum Bulog Palopo Harap Warga Tidak Khawatir Kekurangan Beras, Stok Aman hingga Februari 2024

Ia menyatakan, cadangan tersebut cukup meski sekitar 600.000 ton beras akan disalurkan untuk bantuan sosial selama tiga bulan ke depan.

Sebab, seturut penugasan impor, Bulog akan mendatangkan 2 juta ton beras hingga akhir tahun 2023. Jika dikurangi untuk keperluan operasi pasar stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), cadangan beras masih ada 1,2 juta ton.

Adapun pemberian bantuan sosial menjadi fokus Bulog saat ini untuk menstabilisasi pasokan dan harga yang makin merangkak naik.

"Kita sekarang sedang konsentrasi melaksanakan bantuan pangan itu, dalam tiga bulan per bulan sekitar 213.000 ton per bulan selama 3 bulan. Nah, itu tambahan supply kepada masyarakat," ucap Awaludin.

Baca juga: Jokowi Klaim Harga Beras di Pasaran Sedikit Turun

Ia menyatakan, dengan bantuan sosial, masyarakat bisa mendapat akses pangan lebih mudah di tengah naiknya harga beras.

Awaludin tidak memungkiri, kenaikan harga beras turut dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan (demand).

Hal ini mengingat, periode panen padi bergantung pada musim, sedangkan angka konsumsi beras relatif sama sepanjang tahun.

"Secara umum polanya tidak rata. Ada yang disebut dengan panen raya di periode Maret-Mei, atau akhir Februari-Mei. Setelah itu di bulan Agustus-September ada Panen Gadu (panen di musim tanam kedua)," ujar Awaludin.

"Kemudian di akhir November-Januari relatif tidak ada panen, karena posisi musim hujan, orang relatif baru tanam dan memang tidak ada panen. Kalaupun ada panen beras, hanya beberapa spot saja. Itulah terjadi ketidakseimbangan supply dan demand pada periode itu," imbuhnya.

Baca juga: Ombudsman RI Beberkan 3 Penyebab Harga Beras Mahal

Sebelumnya diberitakan, beras mengalami kenaikan di sejumlah wilayah. Ombudsman RI menyebut, kenaikan itu dipengaruhi oleh masalah iklim, serta masalah di sektor hulu dan hilir.

Untuk masalah iklim, tidak berdampak banyak ke harga beras. Misalnya, meskipun di suatu daerah mengalami penurunan produksi padi akibat kekeringan, stoknya masih bisa dipasok dari daerah lain.

Sementara itu, permasalahan di hulu meliputi luas lahan pertanian yang menurun, keterbatasan sarana produksi pertanian, permasalahan benih, hingga permasalahan subisidi pupuk.

Adapun masalah di hilir, meliputi berkurangnya pasokan gabah dari petani, penggilingan padi kecil mati, produksi beras menurun, dan ketidakpastian atau keterlambatan impor beras.

Presiden Joko Widodo pun sudah memerintahkan kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Bahan Pangan Nasional (Bapanas) melakukan operasi pasar secara masif untuk mengatasi kenaikan harga beras.

Selain itu, pemerintah juga akan menyerahkan bantuan sosial pangan sebanyak 10 kilogram beras kepada 21,3 juga keluarga penerima yang akan diberikan selama tiga bulan sejak Oktober hingga November.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Tanggapi Ide 'Presidential Club' Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Tanggapi Ide "Presidential Club" Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Nasional
6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

Nasional
Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com