Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

KTT ke-43 ASEAN: Sukses Kepemimpinan Diplomasi Indonesia

Kompas.com - 10/09/2023, 07:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Diplomasi tingkat tinggi dan mediasi internasional, seperti peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Konferensi Meja Bundar, memainkan peran penting dalam mengakhiri konflik dan mengakui kedaulatan Indonesia.

Implementasi diplomasi tingkat dunia juga dilakoni Indonesia, terutama pada era Perang Dingin: 1950-an hingga 1960-an.

Di mana Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno, aktif dalam diplomasi global, berusaha memainkan peran kunci dalam Gerakan Non-Blok dan mendukung kemerdekaan nasionalis di negara-negara Asia dan Afrika.

Selama periode ini, Indonesia memainkan peran penting dalam mediasi di Krisis Kuba pada tahun 1962.

Diplomasi Era Presiden Soekarno

Hal yang kemudian tidak bisa nafikan begitu saja, dalam sejarah kepemimpinan Presiden Soekarno, diplomasi Indonesia mengambil peran sentral dalam mengukir jalan bagi negara ini yang baru merdeka.

Ketika pada 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, diplomasi pertama mereka adalah mencari pengakuan kemerdekaan Indonesia dari negara-negara lain.

Upaya ini menuntut diplomasi tingkat tinggi yang gigih, terutama mengingat saat itu Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda.

Maka diplomasi menjadi sangat penting selama Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949) melawan Belanda.

Soekarno dan diplomat-diplomat Indonesia melakukan upaya diplomasi tingkat tinggi untuk mendapatkan dukungan internasional dan mengakhiri agresi militer Belanda.

Upaya diplomatik ini termasuk konferensi tingkat tinggi, mediasi internasional, dan peran aktif dalam PBB.

Bung Karno juga memainkan peran kunci dalam mendirikan Gerakan Non-Blok melalui Konferensi Asia-Afrika yang diadakan di Bandung pada 1955.

Melalui diplomasi ini, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara Asia dan Afrika untuk mengejar politik luar negeri yang bebas dari keterlibatan dalam Blok Timur-Barat selama Perang Dingin.

Kepemimpinan Soekarno dalam diplomasi membantu mendapatkan pengakuan internasional untuk Indonesia, memainkan peran dalam perjuangan negara untuk mempertahankan kedaulatannya, dan membangun hubungan dengan negara-negara Asia dan Afrika.

Meskipun banyak kontroversi dan tantangan yang dihadapi dalam diplomasi pada masa itu, Soekarno tetap diingat sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah diplomasi Indonesia yang berusaha mempromosikan kemerdekaan dan kedaulatan bangsanya serta memperjuangkan perdamaian dunia.

Diplomasi masa kini

Kini pada 2023, era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Boleh dibilang dalam bidang diplomasi telah menjadi bagian integral dari upaya Indonesia mempromosikan kepentingan nasional, perdamaian, dan kerja sama di tingkat internasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com