Salin Artikel

KTT ke-43 ASEAN: Sukses Kepemimpinan Diplomasi Indonesia

Tidak bisa disangkal dari perhelatan akbar himpunan negara-negara Asia Tenggara ini, karena ketangkasan diplomasi juga hadir para pemimpinan negara-negara besar dan berpengaruh seperti Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Kanada, dan Jepang, selain para pemimpin ASEAN.

Diplomasi tingkat tinggi Indonesia, demikian ciamik. Akibat pengaruh diplomasi Indonesia, sejumlah pemimpin negara-negara ASEAN maupun di luarnya hadir dalam KTT itu.

Setidak-tidaknya, Indonesia telah begitu luwes dan berdinamika mengimplementasikan diplomasi sebagai instrumen utama membina hubungan internasional.

Diplomasi tingkat tinggi ini, yang direprentasikan Presiden Joko Widodo dan para menterinya, begitu gemilang diperlihatkan dengan berjalan suksesnya KTT ke 43 ASEAN.

KTT ini juga sekaligus menjadi ajang diplomasi tingkat tinggi untuk komunikasi langsung antara pemimpin negara.

Hal ini sangat penting dalam mencegah konflik berskala besar, mempromosikan dialog, dan memperbaiki hubungan bilateral.

Diplomasi ini mencerminkan tingkat hubungan yang sangat penting. Lantas digunakan untuk menyelesaikan isu-isu bilateral, regional, maupun internasional yang begitu kompleks. Sehingga ini menjadi momentum mempromosikan perdamaian dan stabilitas dunia.

Untaian sejarah diplomasi Indonesia

Sesungguhnya, perihal diplomasi bagi Indonesia bukanlah “barang” baru kemarin sore dikenalnya. Melainkan, sudah sedemikian lama dikenalnya.

Maka sejarah diplomasi Indonesia adalah cerita panjang tentang bagaimana negara ini membangun dan memelihara hubungannya dengan negara-negara lain dalam upaya mempertahankan kedaulatan, mencapai tujuan nasional, dan mempromosikan kepentingan nasionalnya di panggung internasional.

Tengoklah sejenak dalam abad ke-17 hingga 19, di mana Indonesia adalah pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat penting, dan berbagai kekuatan kolonial seperti Belanda, Inggris, dan Portugis bersaing untuk menguasai wilayah ini.

Diplomasi selama periode ini terutama berkaitan dengan persaingan kolonial dan perjanjian-perjanjian yang dijalin antara bangsa Indonesia dengan negara-negara kolonial.

Lantas pada abad 19, kurun 1945, setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, diplomasi menjadi sangat penting dalam upaya untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.

Perwakilan diplomatik pertama Indonesia didirikan di berbagai negara, dan perjuangan diplomatik dimulai untuk mendapatkan pengakuan internasional.

Kemudian pada kurun 1945-1949, kurun perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda, ini merupakan salah satu periode paling kritis dalam sejarah diplomasi Indonesia.

Diplomasi tingkat tinggi dan mediasi internasional, seperti peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Konferensi Meja Bundar, memainkan peran penting dalam mengakhiri konflik dan mengakui kedaulatan Indonesia.

Implementasi diplomasi tingkat dunia juga dilakoni Indonesia, terutama pada era Perang Dingin: 1950-an hingga 1960-an.

Di mana Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno, aktif dalam diplomasi global, berusaha memainkan peran kunci dalam Gerakan Non-Blok dan mendukung kemerdekaan nasionalis di negara-negara Asia dan Afrika.

Selama periode ini, Indonesia memainkan peran penting dalam mediasi di Krisis Kuba pada tahun 1962.

Diplomasi Era Presiden Soekarno

Hal yang kemudian tidak bisa nafikan begitu saja, dalam sejarah kepemimpinan Presiden Soekarno, diplomasi Indonesia mengambil peran sentral dalam mengukir jalan bagi negara ini yang baru merdeka.

Ketika pada 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, diplomasi pertama mereka adalah mencari pengakuan kemerdekaan Indonesia dari negara-negara lain.

Upaya ini menuntut diplomasi tingkat tinggi yang gigih, terutama mengingat saat itu Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda.

Maka diplomasi menjadi sangat penting selama Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949) melawan Belanda.

Soekarno dan diplomat-diplomat Indonesia melakukan upaya diplomasi tingkat tinggi untuk mendapatkan dukungan internasional dan mengakhiri agresi militer Belanda.

Upaya diplomatik ini termasuk konferensi tingkat tinggi, mediasi internasional, dan peran aktif dalam PBB.

Bung Karno juga memainkan peran kunci dalam mendirikan Gerakan Non-Blok melalui Konferensi Asia-Afrika yang diadakan di Bandung pada 1955.

Melalui diplomasi ini, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara Asia dan Afrika untuk mengejar politik luar negeri yang bebas dari keterlibatan dalam Blok Timur-Barat selama Perang Dingin.

Kepemimpinan Soekarno dalam diplomasi membantu mendapatkan pengakuan internasional untuk Indonesia, memainkan peran dalam perjuangan negara untuk mempertahankan kedaulatannya, dan membangun hubungan dengan negara-negara Asia dan Afrika.

Meskipun banyak kontroversi dan tantangan yang dihadapi dalam diplomasi pada masa itu, Soekarno tetap diingat sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah diplomasi Indonesia yang berusaha mempromosikan kemerdekaan dan kedaulatan bangsanya serta memperjuangkan perdamaian dunia.

Diplomasi masa kini

Kini pada 2023, era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Boleh dibilang dalam bidang diplomasi telah menjadi bagian integral dari upaya Indonesia mempromosikan kepentingan nasional, perdamaian, dan kerja sama di tingkat internasional.

Kepemimpinan Jokowi menempatkan peningkatan maritim dan kedaulatan maritim sebagai salah satu prioritas utama.

Kebijakan ini mencakup upaya memperkuat kehadiran dan pengawasan di wilayah perairan Indonesia, terutama di Laut Natuna dan Selat Malaka.

Diplomasi maritim ini dilakukan untuk menjaga kedaulatan, mengatasi masalah pelanggaran perairan, dan mempromosikan kerja sama maritim dengan negara tetangga.

Diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi terus berfokus pada hubungan dengan negara besar seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Rusia.

Kepemimpinan Jokowi telah berusaha menjaga hubungan yang seimbang dengan negara-negara besar sambil mempertahankan kedaulatan dan kepentingan nasional.

Selain itu, Indonesia tetap aktif dalam diplomasi regional. Presiden Joko Widodo terus mendukung peran ASEAN dalam mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Indonesia juga berperan dalam berbagai inisiatif regional seperti kerja sama Mekong, RCEP (Perjanjian Regional Komprehensif tentang Ekonomi), dan keamanan maritim.

Bersamaan aktif pula dalam diplomasi untuk mengatasi berbagai krisis kemanusiaan dan konflik di tingkat regional dan internasional.

Sebutlah di antaranya adalah upaya dalam menangani krisis Rohingya di Myanmar dan peran dalam memediasi konflik di kawasan seperti Papua Barat.

Kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam diplomasi mencerminkan upaya untuk memajukan kepentingan nasional, mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional, serta memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional.

Diplomasi tersebut terus menghadapi berbagai tantangan, namun juga membuka peluang untuk mengukuhkan peran Indonesia sebagai negara yang aktif dan berperan dalam hubungan internasional.

Akhirnya, semua itu ditandai dengan terhelatnya KTT ke 43 ASEAN menorehkan keberhasilan diplomasi tinggkat tinggi Indonesia.

https://nasional.kompas.com/read/2023/09/10/07371191/ktt-ke-43-asean-sukses-kepemimpinan-diplomasi-indonesia

Terkini Lainnya

Jalan Berliku Anies Maju di Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Jalan Berliku Anies Maju di Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Nasional
Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Nasional
Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Nasional
Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Nasional
[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

Nasional
Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Nasional
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Nasional
Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Nasional
Saat PKB dan PKS Hanya Jadikan Anies 'Ban Serep' pada Pilkada Jakarta...

Saat PKB dan PKS Hanya Jadikan Anies "Ban Serep" pada Pilkada Jakarta...

Nasional
Tanggal 25 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 25 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Dukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, PHE Aktif dalam World Water Forum 2024

Dukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, PHE Aktif dalam World Water Forum 2024

Nasional
Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Nasional
Jemaah Haji Dapat 'Smart' Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Jemaah Haji Dapat "Smart" Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Nasional
Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Nasional
Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke