Dalam perspektif geopolitik, pembukaan kantor penghubung NATO di Jepang menunjukkan adanya rivalitas geopolitik kekuatan global di kawasan.
Selama ini di Asia Pasifik memang tidak ada aliansi militer yang terlembaga atau established seperti NATO di kawasan Eropa.
Ketiadaan aliansi militer ini yang mendorong NATO mengambil langkah antisipatif untuk ikut memengaruhi dinamika politik militer di kawasan Asia Pasifik.
Manuver NATO ini memiliki keterkaitan strategis dengan aliansi militer yang baru saja dibentuk oleh trio AS, Inggris dan Australia (AUKUS).
Dugaan ini didasarkan pada premise bahwa China dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan sikap yang asertif dan agresif di Asia Pasifik, khususnya di Laut China Selatan dan Selat Taiwan.
Oleh karena itu, NATO tidak akan berhenti pada pembukaan kantor penghubung di Asia Pasifik saja. Namun sangat mungkin dalam jangka panjang NATO akan mengajak AUKUS ke dalam suatu aliansi militer di Asia Pasifik seperti NATO di Eropa.
Jika benar nanti pembukaan kantor NATO berlanjut pada pembentukan aliansi militer di Asia Pasifik ala NATO di Eropa, maka hal itu akan menambah kompleksitas geopolitik dan militer di kawasan Asia Pasifik.
Pada titik inilah ASEAN menghadapi situasi dilematis: ambisi untuk menjadi pusat pertumbuhan dihadapkan pada rivalitas negara super power di kawasan yang dapat menciptakan pusaran konflik.
Indonesia dan mitra strategisnya di ASEAN harus cermat dalam memosisikan diri di tengah tarikan kepentingan geopolitik negara super power.
Indonesia harus memastikan bahwa di tengah perubahan geopolitik di Asia Pasifik, ASEAN harus mengukuhkan diri sebagai faktor yang harus dipertimbangkan oleh negara kuat sesuai dengan konsep ASEAN Centrality.
Untuk dapat diperhitungkan sebagai aktor penting di kawasan, Indonesia dan ASEAN harus terus mengembangkan kerja sama ekonomi dengan semua aktor penentu di kawasan Asia Pasifik dengan prinsip equidistance strategy (strategi kerja sama seimbang dengan negara mitra).
Strategi seperti ini dapat menghindarkan Indonesia dan ASEAN hanya menjadi sekadar pijakan proksi, tapi lebih sebagai mitra dalam kolaborasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.