Kedua, tidak ada pengikat ideologis antara elite partai dengan massa pemilih. Hampir semua parpol di Indonesia tak punya pijakan ideologi yang kuat. Sebagian besar hubungan elite dan massa dibentuk oleh jejaring patron-klien.
Tanpa pengikat ideologis, para elite partai tak punya kapasitas untuk menggerakkan massa pemilih secara konsensual.
Sementara patron-klien butuh biaya untuk merawatnya, baik politik uang maupun pembajakan program sosial negara untuk disiramkan ke bawah.
Ketiga, tingkat kepercayaan (trust) pemilih terharap parpol sangat rendah. Dari berbagai survei, parpol selalu menjadi lembaga politik yang paling tidak dipercaya publik.
Merujuk survei Indikator Politik Indonesia pada Juni 2023, parpol menempati urutan paling bawah lembaga yang dipercaya oleh publik dengan persentase hanya 65,2 persen. Bahkan, pada 2017, persentasenya sempat 39,2 persen.
Tentu saja, rendahnya tingkat kepercayaan menciptakan jarak yang jauh antara parpol dan rakyat. Parpol tidak memiliki daya tarik politik bagi sebagian besar rakyat.
Tidak mengherankan, pada setiap Pemilu, pemilih lebih mengutamakan figur ketimbang Parpol.
Survei Poltracking Indonesia pada Mei 2022, misalnya, menunjukkan masyarakat cenderung memilih figur personal (51,4 persen) ketimbang parpol (14,5 persen).
Keempat, pengambilan keputusan politik partai, termasuk soal koalisi dan dukungan Pilpres, seringkali tidak melalui proses yang demokratis dan partisipatif. Seringkali keputusan politik strategis tidak mendengar aspirasi dari bawah.
Akibatnya, belum tentu semua struktur partai maupun kadernya tegak lurus dengan keputusan pucuk pimpinannya. Ada banyak presedennya di setiap Pemilu maupun Pilkada.
Tak bisa dipungkiri, koalisi gemuk berpotensi menarik pemilih dari berbagai latar belakang. Selain itu, koalisi gemuk juga menjanjikan stabilitas politik dan pemerintahan yang efektif ketika berhasil berkuasa.
Namun, koalisi gemuk juga menyimpan bahaya, seperti mayoritarianisme presidensial, matinya check and balance, dan politik kartel. Semoga saja tidak demikian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.