Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didukung 4 Parpol Parlemen, Potensi Prabowo Menang Pilpres Terbuka, Asalkan...

Kompas.com - 14/08/2023, 20:35 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peluang Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo untuk memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dinilai semakin terbuka, bila berkaca dari banyaknya jumlah kursi partai politik (parpol) pendukung Prabowo di parlemen.

Namun, pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menyebutkan bahwa ada syarat untuk hal itu, yakni memastikan mesin parpol pendukung Prabowo benar-benar bergerak untuk memenangkan Menteri Pertahanan itu.

"Jika mesin politik dari partai-partai pendukung itu solid dan bisa dikawal dengan optimal, maka potensi kemenangan bisa semakin terbuka," kata Umam saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/8/2023).

Baca juga: Setelah Deklarasi Bersama 4 Partai Mengusung Prabowo Subianto...

Untuk diketahui, koalisi pendukung Prabowo terdiri dari Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional yang menguasai sekitar 46 persen kursi di DPR.

Umam menjelaskan, jumlah kursi tersebut menggambarkan kekuatan yang dimiliki kubu Prabowo untuk memenangkan Pilpres 2024.

"Jumlah kursi parlemen yang dimiliki partai merupakan gambaran inti mesin politik parpol, di mana anggota dewan itu memiliki penguasaan teritorial, penguasaan logistik, dan jaringan komunikasi yang telah lama intens digarap selama 5 tahun terakhir," kata Umam.

Baca juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas Cawapres Prabowo Bukan sebagai Penentu Utama

Kendati demikian, Umam menegaskan bahwa jumlah kursi yang dimiliki di parlemen bukanlah jaminan untuk memenangkan pilpres.

Hal itu setidaknya terbukti pada Pilpres 2014 lalu ketika Jokowi keluar sebagai pemenang mengalahkan Prabowo yang punya koalisi lebih gemuk.

Dalam hal ini, Umam menyebutkan, modal jumlah kursi yang dikuasai kubu Prabowo bisa saja tidak berbuah kemenangan apabila mesin parpol pendukungnya tidak solid.

"Meskipun Prabowo memiliki dukungan dengan basis kursi parlemen sebesar 40-an persen, namun efektivitas mesin politiknya belum tentu bisa solid," kata Umam.

Baca juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas Prabowo Menanjak, Ganjar Naik-Turun, Anies Cenderung Turun

"Itu terjadi ketika ada agenda kepentingan partai pengusungnya yang tidak terpenuhi, sehingga keputusan politik elite partai dengan mesin partai di akar rumput tidak berjalan secara konsisten," imbuh dia.

Umam mengatakan, situasi itu bisa terjadi, misalnya jika Prabowo memilih Menteri BUMN Erick Thohir sebagai calon wakil presiden, bukannya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Situasi tersebut, kata Umam, bisa membuat PKB setengah hati mendukung Prabowo dan menyebabkan terjadinya split ticket voting.

"Jadi, kuncinya di kesatuan komando dalam koalisi dan tidak adanya split ticket voting di dalam masing-masing partai pengusung capres-cawapres," ujar Umam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penayangan Ekslusif Jurnalistik Investigasi Dilarang dalam Draf RUU Penyiaran

Penayangan Ekslusif Jurnalistik Investigasi Dilarang dalam Draf RUU Penyiaran

Nasional
Jokowi Resmikan 22 Ruas Jalan Daerah di Sultra, Gelontorkan Anggaran Rp 631 Miliar

Jokowi Resmikan 22 Ruas Jalan Daerah di Sultra, Gelontorkan Anggaran Rp 631 Miliar

Nasional
Gerindra: Jangan Harap Kekuasaan Prabowo Jadi Bunker Buat Mereka yang Mau Berbuat Buruk

Gerindra: Jangan Harap Kekuasaan Prabowo Jadi Bunker Buat Mereka yang Mau Berbuat Buruk

Nasional
Ogah Jawab Wartawan Soal Kasus TPPU, Windy Idol: Nyanyi Saja Boleh Enggak?

Ogah Jawab Wartawan Soal Kasus TPPU, Windy Idol: Nyanyi Saja Boleh Enggak?

Nasional
Prabowo Janji Rekam Jejak di Militer Tak Jadi Hambatan saat Memerintah

Prabowo Janji Rekam Jejak di Militer Tak Jadi Hambatan saat Memerintah

Nasional
Laksma TNI Effendy Maruapey Dilantik Jadi Direktur Penindakan Jampidmil Kejagung

Laksma TNI Effendy Maruapey Dilantik Jadi Direktur Penindakan Jampidmil Kejagung

Nasional
Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Nasional
Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Nasional
Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Nasional
Tanggapi Wacana Penambahan Kementerian, PDI-P: Setiap Presiden Punya Kebijakan Sendiri

Tanggapi Wacana Penambahan Kementerian, PDI-P: Setiap Presiden Punya Kebijakan Sendiri

Nasional
BNPB: Total 43 Orang Meninggal akibat Banjir di Sumatera Barat

BNPB: Total 43 Orang Meninggal akibat Banjir di Sumatera Barat

Nasional
Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Nasional
PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

Nasional
Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Nasional
Sekjen PDI-P: Bung Karno Tidak Hanya Milik Rakyat Indonesia, tapi Bangsa Dunia

Sekjen PDI-P: Bung Karno Tidak Hanya Milik Rakyat Indonesia, tapi Bangsa Dunia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com