Selain itu, mahasiswa juga dihadapkan pada maraknya ujaran kebencian, hoaks, dan online bullying.
"Tugas kedua kita adalah bagaimana di dalam revolusi industri 4.0 ini betul-betul bisa mengawal dan membangun literasi digital yang bagus supaya menangkal hoaks. Apalagi 2024 merupakan tahun politik,” jelas Gus Halim.
Baca juga: Industri Tekstil Diprediksi Bergeliat di Tahun Politik
Oleh karena itu, lanjut dia, dibutuhkan kecerdasan bahkan super cerdas, seperti mahasiswa, untuk menghalau dampak negatif yang ditimbulkan dari disrupsi ini.
Gus Halim mengungkapkan bahwa mahasiswa masa kini harus berperan aktif menghalau paham-paham asing dan ujaran kebencian yang dapat merusak nilai-nilai kebangsaan dan persatuan nasional.
"Mahasiswa adalah pencetus awal narasi kebangsaan dan persatuan nasional, maka mahasiswa yang harus menjaga dan merawatnya. Itulah peran politik kebangsaan mahasiswa," katanya.
Dengan menjaga hal tersebut, mahasiswa masa kini tidak dapat melepaskan peran politiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Gus Halim mengatakan bahwa peran politik mahasiswa tidak dipandang sebagai politik prosedural semata.
Baca juga: Mahfud Ungkap Politik Uang Saat Pemilu: Ada yang Borongan dan Eceran
Pasalnya, kata dia, peran mahasiswa tidak cukup hanya dalam pemilu. Peran mahasiswa diperlukan untuk politik super cerdas.
Peran politik super cerdas bagi mahasiswa adalah berpartisipasi memanfaatkan teknologi untuk menciptakan inovasi-inovasi yang berguna bagi pembangunan manusia berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.
"Inilah tujuan untuk mewujudkan masyarakat super cerdas atau yang disebut dengan society 5.0,” imbuh Gus Halim yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan UNY itu.
Ia menyebutkan bahwa peran mahasiswa adalah berkontribusi aktif mewujudkan masyarakat society 5.0 di Indonesia.
Baca juga: Awal September, Masyarakat Bisa Jajal Naik Kereta Cepat secara Gratis
Lebih tepatnya, mahasiswa bisa berkontribusi menjadikan masyarakat yang mampu hidup berdampingan dengan teknologi sekaligus memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.
Usai memberikan materi, Gus Halim yang ditemani sang istri, Lilik Umi Nashriyah yang sama-sama merupakan alumni UNY itu memberikan bonus berupa dana pembelian buku kepada sejumlah mahasiswa baru.
Apresiasi tersebut disambut gembira para mahasiswa. Gus Halim memberikan bonus untuk mahasiswa yang bisa menjelaskan pertanyaannya dan mahasiswa yang hafal Al-Qur'an 30 juz.
Dalam kegiatan itu, ia turut didampingi Rektor UNY Sumaryanto, pimpinan UNY dan jajarannya, serta para tenaga pendidik UNY.