Salin Artikel

Di UNY, Gus Halim Paparkan 5 Peran Mahasiswa Wujudkan Society 5.0

KOMPAS.com - Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Menteri Desa PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan, terdapat lima peran mahasiswa dalam politik untuk mewujudkan society 5.0.

Pertama, mahasiswa sebagai agen perubahan melalui inovasi-inovasi kreatif yang harus mampu membawa perubahan dan memecahkan persoalan yang ada di masyarakat.

“Kedua, mahasiswa sebagai kontrol sosial yang diharapkan memiliki kepekaan sosial untuk menjaga persatuan dan kebhinekaan masyarakat Indonesia,” ujar pria yang akrab disapa Gus Halim itu dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (8/8/2023).

Pernyataan tersebut disampaikan Gus Halim saat memberikan materi dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Selasa (8/8/2023).

Adapun peran ketiga, mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan yang harus dibentuk menjadi pribadi yang memiliki jiwa kepemimpinan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan politik di Indonesia.

Keempat, mahasiswa sebagai pengawas atau pengontrol politik yang harus memiliki daya pikir analitis dan kritis. Hal ini bertujuan untuk mengawasi kebijakan pemerintah.

Dengan daya pikir analitis, mahasiswa diharapkan memiliki peran aktif untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah melalui inovasi-inovasi baru untuk melakukan pembangunan manusia berkelanjutan.

Kelima, mahasiswa sebagai penjaga nilai yang diharapkan berperan aktif untuk menjaga nilai-nilai persatuan nasional dan menggaungkan narasi-narasi kebangsaan.

"Kelima peran tersebut, dapat dilakukan secara optimal dengan memanfaatkan perkembangan teknologi secara bijak, demi tercapainya masyarakat super cerdas dan society 5.0," imbuh Gus Halim.

Menurutnya, mewujudkan masyarakat yang mampu berdampingan dengan teknologi untuk kesejahteraan bersama merupakan upaya penting dalam mencapai society 5.0.

Definisi society 5.0

Pada kesempatan tersebut, Gus Halim menjelaskan, society 5.0 didefinisikan sebagai masyarakat super cerdas yang mampu memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya untuk melakukan pembangunan manusia berkelanjutan dan mencari permasalahan sosial.

Gus Halim yakin bahwa teknologi yang dimanfaatkan secara maksimal dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan inklusivitas, dan menghapus kemiskinan.

Menurut Gus Halim, mahasiswa masa kini dihadapkan pada tantangan besar, yakni revolusi industri 4.0 dan revolusi society 5.0.

“Dalam revolusi industri 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat masif hingga menimbulkan berbagai disrupsi yang memengaruhi perubahan tatanan sosial masyarakat,” imbuhnya.

Disrupsi teknologi dan informasi, lanjut Gus Halim, membuat masuknya pengaruh paham asing, seperti radikalisme, ekstremisme, fasisme, liberalisme, dan paham-paham lain yang bertentangan dengan Pancasila.

Selain itu, mahasiswa juga dihadapkan pada maraknya ujaran kebencian, hoaks, dan online bullying.

"Tugas kedua kita adalah bagaimana di dalam revolusi industri 4.0 ini betul-betul bisa mengawal dan membangun literasi digital yang bagus supaya menangkal hoaks. Apalagi 2024 merupakan tahun politik,” jelas Gus Halim.

Oleh karena itu, lanjut dia, dibutuhkan kecerdasan bahkan super cerdas, seperti mahasiswa, untuk menghalau dampak negatif yang ditimbulkan dari disrupsi ini.

Gus Halim mengungkapkan bahwa mahasiswa masa kini harus berperan aktif menghalau paham-paham asing dan ujaran kebencian yang dapat merusak nilai-nilai kebangsaan dan persatuan nasional.

"Mahasiswa adalah pencetus awal narasi kebangsaan dan persatuan nasional, maka mahasiswa yang harus menjaga dan merawatnya. Itulah peran politik kebangsaan mahasiswa," katanya.

Dengan menjaga hal tersebut, mahasiswa masa kini tidak dapat melepaskan peran politiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Gus Halim mengatakan bahwa peran politik mahasiswa tidak dipandang sebagai politik prosedural semata.

Pasalnya, kata dia, peran mahasiswa tidak cukup hanya dalam pemilu. Peran mahasiswa diperlukan untuk politik super cerdas.

Peran politik super cerdas bagi mahasiswa adalah berpartisipasi memanfaatkan teknologi untuk menciptakan inovasi-inovasi yang berguna bagi pembangunan manusia berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.

"Inilah tujuan untuk mewujudkan masyarakat super cerdas atau yang disebut dengan society 5.0,” imbuh Gus Halim yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan UNY itu.

Ia menyebutkan bahwa peran mahasiswa adalah berkontribusi aktif mewujudkan masyarakat society 5.0 di Indonesia.

Lebih tepatnya, mahasiswa bisa berkontribusi menjadikan masyarakat yang mampu hidup berdampingan dengan teknologi sekaligus memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.

Usai memberikan materi, Gus Halim yang ditemani sang istri, Lilik Umi Nashriyah yang sama-sama merupakan alumni UNY itu memberikan bonus berupa dana pembelian buku kepada sejumlah mahasiswa baru.

Apresiasi tersebut disambut gembira para mahasiswa. Gus Halim memberikan bonus untuk mahasiswa yang bisa menjelaskan pertanyaannya dan mahasiswa yang hafal Al-Qur'an 30 juz.

Dalam kegiatan itu, ia turut didampingi Rektor UNY Sumaryanto, pimpinan UNY dan jajarannya, serta para tenaga pendidik UNY.

 

https://nasional.kompas.com/read/2023/08/08/18143991/di-uny-gus-halim-paparkan-5-peran-mahasiswa-wujudkan-society-50

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke