Luhut pun menyebut, dirinya tak mampu membendung keinginan para kader yang menyuarakan digelarnya munaslub untuk mencopot Airlangga dari kursi ketua umum Golkar.
“Asal dilakukan dengan damai, dilakukan dengan niat baik, kenapa tidak? Tapi jangan dilakukan dengan rusuh, itu enggak ada gunanya. Itu akan buat Golkar runtuh,” ucap Luhut.
“Lakukan dengan baik kalau memang itu kesepakatan mereka bersama. Tapi saya enggak campuri itu,” lanjutnya.
Kendati demikian, Luhut membantah dirinya menjadi dalang di balik gerakan sebagian kader Golkar yang mendorong penyelenggaraan munsalub untuk menggulingkan Airlangga.
“Enggaklah, untuk apa sih kepentingan saya di situ? Saya mau apalagi sih? Kalau saya jadi Ketua Umum Golkar apa saya mau calon presiden, calon wakil presiden? Pasti tidak. Mau jadi menteri? Pasti tidak,” ucap dia.
Sementara itu, Agung Laksono membantah adanya wacana menggelar munaslub untuk melengserkan Airlangga yang awalnya didengungkan oleh anggota Dewan Pakar Ridwan Hisjam.
Agung pun curiga isu mjnaslub Partai Golkar sengaja diembuskan oleh pihak-pihak yang ingin mengganggu soliditas partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Ini ada penumpang liar yang tujuannya mengganggu soliditas Partai Golkar dengan menghembuskan isu Munaslub dengan mengaitkan rekomendasi dari Dewan Pakar, padahal Dewan Pakar tidak ada sama sekali merekomendasikan Munaslub. Saya minta isu Munaslub ini untuk dihentikan," kata Agung, Kamis (13/7/2023).
Baca juga: Agung Laksono Minta Isu Munaslub Pencopotan Airlangga dari Ketum Golkar Dihentikan
Menurut Agung, yang mesti dilakukan saat ini oleh DPP Partai Golkar adalah mengintensifkan mesin partai untuk bergerak menyapa rakyat.
“Lebih cepat lebih baik, kita serahkan urusan ini kepada Pak Airlangga Hartarto, sambil kita intensifkan program Airlangga Hartarto Menyapa Rakyat di seluruh Indonesia, demi memenangkan Pilpres dan Pileg 2024,” kata Agung.
Di sisi lain, ia menilai Airlangga mesti diiberikan waktu untuk menentukan pasangan calon wakil presiden, termasuk dengan mitra koalisi.
Mantan ketua DPR ini pun berpandangan, tidak ada yang salah dari kinerja Airlangga sebagai ketua umum karena sudah sibuk melakukan lobi-lobi politik untuk menghadapi Pilpres 2024.
Ia juga tetap mendorong Airlangga maju sebagai calon presiden meski elektabilitasnya tidak moncer. Menurut dia, survei harus menjadi pegangan, tetapi jangan hanya mengandalkan survei hari ini karena dinamika politik bergerak cepat dan dapat berubah dalam hitungan bulan, minggu, hari, bahkan jam.
Agung mencontohkan, pada Pemilihan Presiden 2004 lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak sepopuler kandidat lainnya tapi akhirnya keluar sebagai pemenang.
"SBY tahun 2004 kan belum dikenal. Tapi akhirnya dia terpilih. Jadi itu dalam politik seringkali terjadi," kata Agung, Selasa (11/7/2023).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.