Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenlu Temukan Ada WNI yang Mengaku Korban TPPO demi Pulang Gratis ke Indonesia

Kompas.com - 21/07/2023, 19:06 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Judha Nugraha menemukan, ada korban yang bekerja di perusahaan online scam dan telah dipulangkan ke Tanah Air, tetapi kembali lagi ke jenis perusahaan yang sama.

Korban yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) itu disebut mengaku menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan modus online scam, demi mendapat fasilitas pulang gratis dari Kemenlu.

Diketahui, negara memang memfasilitasi kepulangan gratis bagi para korban TPPO. Hal ini mengacu pada UU Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.

"Saat ini ada tren kalau minta pengin pulang gratis, viralkan, buat sebagai korban TPPO. Karena kalau playing victim sebagai korban TPPO, memang biaya penanganan dibebankan kepada negara, kalau dia korban," kata Judha dalam diskusi daring, Jumat (21/7/2023).

Dengan begitu, kata Judha, tidak semuanya WNI yang bekerja di perusahaan online scam merupakan korban TPPO.

Baca juga: Marak Kasus Online Scam, Kemenlu Tangani 2.438 Korban Selama 3 Tahun Terakhir

Menurutnya, di antara mereka, ada yang secara aktif merekrut sesama WNI untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Pasalnya, dengan merekrut, para WNI yang bukan korban TPPO ini akan mendapatkan bonus dari perusahaan online scam.

"Sekarang beberapa orang ada yang memanfaatkan sistem tersebut, sistem perlindungan kita. Dia bukan korban, namun menempatkan diri sebagai korban dengan harapan denda imigrasi bisa (dibebaskan). Dan kedua, bisa pulang gratis," ujar Judha.

Lebih lanjut, Judha menyampaikan bahwa fenomena ini lantas membuat penanganan TPPO semakin kompleks. Sebab, korban perlu diidentifikasi lebih lanjut untuk mengetahui statusnya sebagai korban, pelaku, atau pekerja yang merekrut orang.

Terlebih, kasus WNI yang kembali ke perusahaan sejenis tercatat terjadi di hampir semua perwakilan kawasan.

"Jadi ada question mark (tanda tanya) besar sekarang betapa kompleksnya kasus TPPO online scam, karena antara korban dengan bukan korban semakin blur, ada yang bolak-balik," kata Judha.

Baca juga: Jumlah Tersangka TPPO Terus Bertambah, Polri Sebut Modus yang Dipakai Beragam

Judha lantas menyinggung salah satu kasus yang sempat ditangani. Ia mengatakan, pernah menemukan ada WNI yang sudah kembali ke negara lain hingga tiga kali.

"Kemarin (belum lama ini) kami pulangkan dengan hercules TNI AU dari Yangon gratis. Begitu sampai di (Bandara) Halim, kami cek paspornya tiga kali bolak-balik. Artinya mereka bilang kami korban, tapi begitu dicek paspornya, lho kok bolak-balik," ujar Judha.

Sebagai informasi, Kemenlu sudah menangani dan memfasilitasi kepulangan 2.438 WNI korban TPPO dengan modus online scam sepanjang tahun 2020 hingga Mei 2023.

Para korban tereksploitasi dan dipekerjakan di perusahaan online scam di berbagai negara, meliputi Kamboja, Myanmar, Filipina, Laos, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Uni Emirat Arab.

Baca juga: Polri Tangkap 795 Tersangka TPPO Periode 5 Juni-16 Juli 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pertamina Renjana Cita Srikandi, Wujud Komitmen Majukan Perempuan Indonesia

Pertamina Renjana Cita Srikandi, Wujud Komitmen Majukan Perempuan Indonesia

Nasional
Pilkada Jakarta Punya Daya Tarik Politik Setara Pilpres, Pengamat: Itu Sebabnya Anies Tertarik

Pilkada Jakarta Punya Daya Tarik Politik Setara Pilpres, Pengamat: Itu Sebabnya Anies Tertarik

Nasional
Pejabat Kementan Sempat Tolak Permintaan Rp 450 Juta dan iPhone untuk SYL

Pejabat Kementan Sempat Tolak Permintaan Rp 450 Juta dan iPhone untuk SYL

Nasional
Hadiri WWF 2024, Puan Tegaskan Komitmen Parlemen Dunia dalam Entaskan Persoalan Air

Hadiri WWF 2024, Puan Tegaskan Komitmen Parlemen Dunia dalam Entaskan Persoalan Air

Nasional
Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatinan

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatinan

Nasional
Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Nasional
Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Nasional
Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Nasional
Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Nasional
Momen Jokowi Sambut Para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Momen Jokowi Sambut Para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Nasional
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Nasional
Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Nasional
Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com