DALAM panggung gemilang Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1960, terdengar lantunan kata-kata yang mulia dan terhormat dari Ir. Soekarno, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia.
Presiden pertama Indonesia ini berseru,"Kita harus mampu menjalin kehidupan yang harmonis di tengah perbedaan. Kita harus saling menghormati, tanpa memandang suku, agama, atau budaya yang kita anut."
Seruan tersebut masih relevan hingga kini - tidak hanya bagi dunia internasional, tetapi juga bagi Indonesia. Selain itu, seruan Bung Karno itu juga dapat diterapkan sebagai pijakan untuk memperkuat nilai-nilai ideologi Pancasila.
Nilai-nilai ideologi Pancasila mempertegas bahwa hidup berdampingan, dengan penuh toleransi, menjadi pondasi fundamental dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Dan secara inheren, ideologi ini menilai toleransi sebagai bagian tak terpisahkan dari karakter dan identitas bangsa Indonesia, di mana salah satu prinsip dasar Pancasila adalah persatuan dalam keberagaman.
Dengan demikian, seruan Bung Karno di forum PBB tersebut menggarisbawahi betapa pentingnya toleransi dalam membangun persatuan dan kesatuan umat manusia di panggung dunia –terlebih dalam perikehidupan bangsa dan negara Indonesia.
Bung Karno begitu gamblang mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan suku, agama, dan budaya, serta menekankan bahwa toleransi adalah landasan untuk mencapai harmoni, kemajuan, dan persatuan dalam keberagaman Indonesia.
Dari sinilah pula mengapa dunia internasional mengakui Indonesia sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, budaya, dan bahasa –sekaligus pula dikenal sebagai bangsa yang pandai memegang kukuh prinsip-prinsip toleransi.
Toleransi merupakan prinsip penting untuk diterapkan oleh setiap bangsa, terutama bagi negara-negara yang memiliki populasi beragam, termasuk perbedaan suku, agama, budaya, dan pandangan politik.
Toleransi memungkinkan masyarakat hidup berdampingan dengan saling menerima keberagaman.
Namun, perdamaian dan stabilitas sering kali terancam oleh konflik antarindividu atau kelompok akibat kurangnya toleransi.
Ketidakmampuan untuk menghormati perbedaan dan mencari solusi yang saling menguntungkan dapat menyebabkan ketegangan sosial dan bahkan konflik lebih besar.
Dengan menerapkan toleransi, masyarakat dapat meminimalkan konflik dan menciptakan lingkungan yang lebih damai dan stabil. Oleh karena itu, toleransi memainkan peran penting dalam pembangunan sosial dan ekonomi bangsa.
Toleransi juga melibatkan pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia setiap individu.
Dengan menerapkan toleransi, bangsa dapat melindungi hak-hak individu tanpa memandang perbedaan mereka, seperti kebebasan berbicara, beragama, berpendapat, dan mengikuti budaya serta tradisi mereka sendiri.
Hal ini juga memberikan citra positif di tingkat global. Penilaian ini juga dapat membantu membangun hubungan harmonis dengan bangsa lain, memperkuat kerjasama internasional, serta memajukan pemahaman dan perdamaian dunia.
Pancasila memiliki peran penting dalam mendorong toleransi di Indonesia sebagai sumber hukum demi mengimplementasikan kehidupan harmonis antara individu, kelompok, dan agama.
Bersamaan pula hal ini memberikan landasan bagi pembentukan undang-undang, dan memastikan prinsip-prinsip toleransi terintegrasi dalam sistem hukum Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila tidak abai untuk menempatkan hak asasi manusia sebagai nilai penting.