Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Geostrategi Indonesia Menghadapi Hegemoni di Kawasan Indo-Pasifik

Kompas.com - 09/07/2023, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA satu insiden yang menegangkan ketika satu kapal perang China mendekati kapal perusak Amerika Serikat (AS) dalam jarak 137 meter di Selat Taiwan, dengan "cara yang tidak aman".

Kapal China itu memotong lintasan kapal perusak milik AS, USS Chung-Hoon, yang bersenjata rudal ketika Angkatan Laut AS dan AL Kanada sedang berlatih bersama pada Sabtu, 3 Juni 2023. Karuan saja insiden ini meningkatkan ketegangan di kawasan Indo-Pasifik.

Indo-Pasifik adalah wilayah geografis luas yang mencakup Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta negara-negara yang terletak di sekitarnya.

Di dalam wilayah ini, terdapat beberapa negara yang memiliki pengaruh politik, ekonomi, dan militer signifikan. Beberapa negara yang sering disebut sebagai pemain kunci di wilayah Indo-Pasifik adalah Amerika Serikat (AS), China, Jepang, India, dan Australia.

Para pemain kunci itu yang sangat menonjol hegemoninya adalah Amerika Serikat dan China. Keduanya adalah ekspresi kekuatan–kekuatan untuk menguasai dunia dan sekaligus kekuatan menjaga stabilitas.

Namun kedua negara ini bersaing ketat untuk memperkuat posisi dan memengaruhi dinamika politik, ekonomi, dan keamanan di wilayah Indo-Pasifik.

Apa boleh buat, pada kenyataannya perebutan pengaruh antara China dan Amerika Serikat di wilayah Indo-Pasifik ini telah menyebabkan meningkatnya ketegangan dan persaingan strategis.

Kedua negara memiliki kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan yang kompleks di wilayah ini, dan dinamika antara mereka terus berubah seiring waktu.

Hal ini berdampak pada negara-negara lain di kawasan, yang sering kali harus menavigasi hubungan yang kompleks antara China dan AS dalam kebijakan luar negeri dan keamanan mereka.

Kekuatan hegemonik di Indo-Pasifik

AS dan China muncul dalam sejarah sebagai kekuatan hegemonik di Indo-Pasifik, memang dimulai pada periode yang berbeda.

Namun keduanya nyaris sama, antara lain punya “nafsu” untuk menjadi kekuatan dominan di Indo-Pasifik, lantaran kawasan ini demikian strategis dalam mengukuhkan kebijakan regional, ekonomi, dan keamanan.

Maka setelah Perang Spanyol-Amerika pada 1898, yang melahirkan perjanjian, membuat AS memperoleh wilayah-wilayah baru seperti Filipina, Guam, dan Puerto Rico. Hal itu memberikan kehadiran militer AS yang begitu kuat, sehingga AS muncul sebagai kekuatan regional di Indo-Pasifik.

Tambahan lagi setelah Perang Dunia II, AS dan sekutunya melibatkan diri dalam perang melawan Jepang di wilayah Indo-Pasifik yang selanjutnya memainkan peran utama dalam pembentukan sistem keamanan di kawasan ini.

Lantas sewaktu masa Perang Dingin, AS menjadi salah satu kekuatan utama di kawasan Indo-Pasifik melalui kehadiran militer dan diplomasi yang luas.

AS membentuk aliansi dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Filipina, serta menjalankan kebijakan yang bertujuan mempertahankan kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan di kawasan ini.

Demikian pula halnya China, ia hadir di kawasan Indo-Pasifik melalui kehadiran militer dan diplomasi yang lihai.

Walau China sebagai kekuatan regional di Indo-Pasifik muncul belakangan –terutama setelah perubahan politik dan ekonomi yang signifikan di negara tersebut, namun dalam beberapa dekade terakhir, China menjadi kekuatan ekonomi dominan di kawasan Indo-Pasifik –dan dunia secara keseluruhan.

Sejak akhir 1970-an dan awal 1980-an, China meluncurkan serangkaian reformasi ekonomi yang membuka negara tersebut ke pasar global dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Maka pertumbuhan ekonomi yang signifikan ini karuan saja mengiringi peningkatan kekuatan militer China –tentu saja ini semakin menancapkan pengaruh politik China yang semakin kuat di kawasan Indo-Pasifik.

Geostrategis Indonesia

Posisi Indonesia di tengah arus besar hegemoni AS dan China di Indo-Pasifik, bagaimanapun, mengharuskan geostrategis dan geopolitik Indonesia mengambil sikap lebih tegas.

Hal pertama yang harus diingat terlebih dahulu adalah bahwa Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara –dan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia—maka Indonesia wajib memainkan peran penting dalam geopolitik regional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Nasional
Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Nasional
Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Nasional
Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Nasional
Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Nasional
KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

Nasional
Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Nasional
Mensos Risma: Belum Semua Warga di Zona Merah Gunung Marapi Bersedia Direlokasi

Mensos Risma: Belum Semua Warga di Zona Merah Gunung Marapi Bersedia Direlokasi

Nasional
Pengamat Nilai Ahok Sulit Menang jika Maju pada Pilkada, Ini Alasannya

Pengamat Nilai Ahok Sulit Menang jika Maju pada Pilkada, Ini Alasannya

Nasional
Jadi Perantara Kebaikan, Dompet Dhuafa Siap Terima Hibah dari NAMA Foundation untuk Kaum Dhuafa

Jadi Perantara Kebaikan, Dompet Dhuafa Siap Terima Hibah dari NAMA Foundation untuk Kaum Dhuafa

Nasional
Kemenkes: Waspadai MERS-CoV, Jemaah Haji Mesti Hindari Kontak dengan Unta

Kemenkes: Waspadai MERS-CoV, Jemaah Haji Mesti Hindari Kontak dengan Unta

Nasional
Bocorkan Duet Khofifah-Emil pada Pilkada, Airlangga: Semua Akan Positif...

Bocorkan Duet Khofifah-Emil pada Pilkada, Airlangga: Semua Akan Positif...

Nasional
Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com