JAKARTA KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tengah membuka peluang kerja sama politik dengan Partai Demokrat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Peluang kerja sama ini dinilai menjadi awal rekonsiliasi, setelah selama 20 tahun terakhir keduanya terlibat relasi konfliktual karena persoalan di masa lalu.
Diketahui, hubungan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dengan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) renggang, terutama setelah SBY memutuskan untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2004 silam.
Baca juga: Sekjen PDI-P dan Demokrat Bahas Rencana Pertemuan Puan-AHY
Upaya rekonsiliasi itu dimotori keinginan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, yang tak lain anak Megawati, untuk bertemu Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), anak SBY.
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, pertemuan keduanya dilaksanakan dalam rangka dialog untuk menjajaki peluang kerja sama itu.
“Nanti Mbak Puan akan bertemu dengan Mas AHY untuk melakukan dialog. Apalagi, untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara itu merupakan hal yang positif,” kata Hasto saat ditemui awak media di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (10/6/2023).
Sejurus dengan itu, sekjen kedua partai pun telah saling bertemu di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Minggu (11/6/2023).
Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya mengungkap, pertemuan dengan Hasto berlangsung hangat. Kedua parpol sejauh ini masih menghormati pilihan politik masing-masing dalam Pilpres 2024.
“Walaupun kami sangat antusias membicarakan rencana pertemuan Mbak Puan dan Mas AHY, namun kami tetap menjaga etika politik dan saling menghormati posisi saat ini,” kata Riefky dalam keterangan tertulis.
Baca juga: Segera Bertemu AHY, Puan Akan Jajaki Koalisi dengan Partai Demokrat
Diketahui, PDI-P telah memutuskan mendukung Gubernur Jawa Tengah Hasto Kristiyanto sebagai bakal capres, bersama Partai Persatuan Pembangunan, Perindo dan Hanura.
Sementara Demokrat, berkoalisi dengan Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres.
Meski begitu, baik Ganjar maupun Anies, belum menentukan pasangan bakal cawapresnya.
Nama AHY sendiri dinilai cukup berpotensi untuk diusung sebagai bakal cawapres.
Posisi AHY sebagai ketua umum partai politik yang dapat menentukan arah kebijakan partai, dinilai membuat putra sulung SBY memiliki potensi tawar yang cukup kuat.
Riset Indikator Politik Indonesia yang dipublikasikan pada 18 Mei lalu, menunjukkan bahwa elektabilitas AHY 7,5 persen, menempatkannya pada urutan kelima setelah Sandiaga Uno (24,5 persen), Ridwan Kamil (18,3 persen), Erick Thohir (15,3 persen) dan Mahfud MD (13,7 persen).