Ia menambahkan, pernyataan Hasto yang menyebut bahwa dibukanya peluang kerja kerja sama ini dengan kerendahan hati, harus dipandang sebagai sebuah hal yang ositif.
“Karena itu, rencana pertemuan Puan-AHY ini sangatlah produktif untuk kematangan demokrasi ke depan, di mana kompetisi politik tidak lagi disulut oleh politik kebencian akibat dendam masa lalu,” kata Khoirul Umam.
Namun, bila dirunut ke belakang, upaya rekonsiliasi itu sebenarnya bukan kali ini saja dijajaki. Presiden Jokowi bahkan disebut pernah memotorinya ketika ia hendak mengajak Demokrat gabung ke dalam koalisi pemerintah pada Pemilu 2019 lalu.
Baca juga: Puan Akan Temui AHY, Hasto: PDI-P Merangkul, Sambil Demokrat Tunggu Lamaran Anies
Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy mengungkapkan, Demokrat hampir bergabung dalam barisan koalisi pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019.
Ia menuturkan bahwa Jokowi sempat bertanya kepada para ketua umum partai politik pendukungnya untuk mengajak Demokrat masuk ke koalisi.
Peristiwa itu terjadi di Gedung Joang 45, Jakarta, pada 10 Agustus 2018, beberapa saat sebelum Jokowi dan Ma'ruf berangkat mendaftarkan diri sebagai calon presiden dan wakil presiden ke kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Kepada para ketua umum, termasuk saya, pada waktu itu Pak Jokowi menyampaikan, 'Mas ini Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, ketua umum Partai Demokrat saat itu) ada di sekitar sini, apakah bisa Pak SBY bergabung dalam koalisi ini untuk ikut mengusung saya?'," kata Rommy dalam acara Gaspol! Kompas.com, Kamis (11/5/2023).
Ketika itu, Jokowi sudah mengantongi dukungan dari PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasdem, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Romy yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PPP menyampaikan bahwa partainya mengikuti suara mayoritas terkait bergabung atau tidaknya Demokrat dalam barisan koalisi.
Baca juga: Kaesang Pakai Kaos PSI, Puan Maharani: Mau Masuk PDI-P Enggak?
Jokowi kemudian bertanya kepada semua ketua umum partai politik pendukungnya. Hasilnya, Demokrat tidak jadi mengusung Jokowi.
"Tentu kita tahu kesimpulannya jawabannya tidak karena kan kemudian Pak SBY tidak bersama kita, masing-masing tentu memiliki alasan untuk menjawab," ujar Rommy.
Namun, Rommy enggan membeberkan sikap masing-masing ketua umum soal wacana mengajak Demokrat bergabung ke koalisi pendukung Jokowi.
"(Saat itu) pendengaran saya agak terganggu, jadi saya cuma mendengar, 'Oh kesimpulannya begini', ya sudah," kata Rommy sambil tertawa.
Sejarah lalu mencatat bahwa pada akhirnya Demokrat merapat ke koalisi pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bersama Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.