Hal itu, katanya, masih disebabkan oleh fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang diprediksi akan terjadi bersamaan mulai Juni 2023.
Berdasarkan penuturan Dwikorita, pada bulan September 2023 nanti curah hujan diprediksi masuk dalam kategori sangat rendah, yakni 0 hingga 20mm/bulan di beberapa wilayah Indonesia.
"(Pada September 2023) hitamnya hampir merata, inilah yang harus diwaspadai sejak dini," kata Dwikorita.
Warna coklat dan coklat kehitaman yang ada di peta wilayah Indonesia tersebut, menurutnya perlu diwaspadai akan terjadinya kekeringan dan ancaman kebakaran hutan atau karhutla.
Beberapa wilayah yang disebutnya di antaranya pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Meskipun begitu, Dwikorita mengatakan pada bulan November 2023 kondisi kering Indonesia mulai berangsur pulih.
"Akhirnya November cokelat-cokelat sudah bersih. November insya Allah sudah aman," katanya.
Sebelumnya, Indonesia juga pernah mengalami fenomena El Nino dan IOD positif secara bersamaan pada tahun 2019.
Baca juga: Prediksi BMKG: Sebagian Wilayah Indonesia Alami Curah Hujan Rendah hingga Oktober 2023
Kedua fenomena yang terjadi secara bersamaan saat itu, memicu banyaknya kebakaran hutan atau karhutla dan kekeringan di sejumlah wilayah Indonesia.
Dwikorita juga menyebutkan bahwa pada tahun 2019 menjadi tahun dengan jumlah kasus karhutla tertinggi dengan kekeringan yang parah selama Juli hingga Oktober.
Selain itu, kondisi wilayah Indonesia yang menjadi lebih kering karena adanya kombinasi gangguan iklim tersebut, menciptakan banyak titik panas atau hotspot yang menyebar di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Timur, Riau, Jambi, sebagian Jawa, hingga Papua bagian selatan.
"Pada tanggal 19 September 2019 itu titik api, titik panas mencapai 4.421," ujarnya.
Adapun kerugian yang dicatat oleh Bank Dunia dari banyaknya kasus kebakaran hutan di Indonesia, yakni mencapai sekitar Rp 77 triliun.
Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk gencar melakukan langkah antisipatif pada daerah dengan potensi kekeringan yang tinggi dan optimalisasi infrastruktur sumber daya air.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.