Dalam kasus penolakan Khabib Nurmagomedov yang mengkritik keras keberadaan gadis ring alias ring girl atau round girl, karena alasan penghormatan kepada perempuan yang menurutnya dapat menjadi stimulan buruk timbulnya kejahatan.
Khabib menghilangkan adanya gadis ring dalam Eagle Fighting Championship miliknya. Namun jika tetap saja ada ring girl, tidak menjadi pembenaran pelaku melakukan kejahatan seksual kepada perempuan.
Jacquelyn Knoblock, akademisi yang juga penyintas kekerasan seksual dari University of Massachusetts Boston, menceritakan kisahnya. Knoblock pada awalnya, menyalahkan dirinya sendiri atas kekerasan seksual yang terjadi.
Memang kekerasan seksual adalah hal yang sangat personal bagi siapa pun yang mengalaminya. Mestinya korban tidak harus menanggung sendiri permasalahannya karena kekerasan seksual sudah seharusnya menjadi masalah sosial (publik).
Selama kekerasan seksual dipandang sebagai persoalan individu saja, korban akan menanggung beban berat sendirian.
Jika kekerasan seksual dilihat sebagai isu sosial, korban akan terhindar dari victim blaming dan semua pihak akan terdorong untuk berjuang melawan kekerasan seksual karena menjadi permasalahan publik.
Peristiwa kekerasan seksual bukan konstruksi sederhana yang sekadar bisa dipahami hanya dengan mengukur sifat psikologis individu, baik korban dan pelaku yang terlibat.
Kita juga harus melihat keterkaitan seperti komunikasi, identitas, peran, struktur sosial yang lebih besar seperti ekspektasi peran gender, hingga budaya dan kekuasaan dari pihak yang terlibat, termasuk cara pandang individu dalam masyarakat dalam persoalan kekerasan seksual.
Hal ini penting agar kita dapat memandang pelecehan dan kekerasan seksual sebagai fenomena sosial yang lebih besar.
Cara pandang sebagai solusi mengatasi masalah victim blaming dengan menyalahkan korban, mengharuskan kita berpikir menggunakan imajinasi sosiologis (sociological imagination), seperti yang diperkenalkan oleh sosiolog Charles Wright Mills dalam bukunya, "The Sociological Imagination" (1959).
Imajinasi sosiologis adalah kemampuan untuk melihat keterkaitan antara kehidupan kita sebagai individu dengan kekuatan sosial yang lebih besar.
Imajinasi sosiologis melihat kemampuan manusia dengan mengaitkan hubungan antara permasalahan individu dan situasi sosial yang ada di lingkungannya.
Misalnya asumsi mengapa orang menganggur? Bisa jadi bukan karena ia tak mau, tapi karena resesi menggerus ruang kerja dan menimbulkan persaingan yang kuat.
Ketika kita memosisikan sebagai pembela korban dalam kasus tindak asusila pemerkosaan, para korban lainnya akan memiliki keberanian untuk bertindak melaporkan kasusnya atau melaporkan pelakunya agar mendapat penanganan hukum sesuai porsinya.
Jika kita malah bertindak sebagai pelaku victim blaming—menyalahkan pelaku, maka akan muncul ketakutan bahwa “melaporkan” akan sama saja membuka aib! Maka lingkaran setan kasus tak akan pernah berhenti berputar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.