Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syafbrani ZA
Penulis dan Konsultan Publikasi

Penulis Buku diantaranya UN, The End..., Suara Guru Suara Tuhan, Bergiat pada Education Analyst Society (EDANS)

Pancasila Rumah (Anak) Kita

Kompas.com - 02/06/2023, 06:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pancasila rumah kita
Rumah untuk kita semua
Nilai dasar Indonesia
Rumah kita selamanya

LIRIK-lirik awal dari lagu yang dirilis oleh salah satu musisi terbaik bangsa ini memberikan semangat pada kita untuk bersepakat bahwa Pancasila Rumah Kita — persis sebagaimana judul lagunya.

Selain itu, tanpa perlu menghadirkan perdebatan pendapat, juga tanpa perlu menghadirkan penafsiran yang beragam, Pancasila Rumah Kita juga memberikan arti penting tentang apapun perbedaaan yang ada di dalam rumah besar bangsa ini, kita haruslah tetap bersatu.

Bhinneka Tunggal Ika — persis sebagaimana semboyan bangsa yang tertulis pada lambang negara Indonesia.

Sangat pantaslah kemudian, bangsa ini terus berjibaku untuk melakukan internalisasi nilai-nilai luhur Pancasila kepada setiap warga negaranya agar dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tanpa terkecuali, termasuk kepada anak-anak bangsa yang kelak akan tumbuh sebagai pemuda-pemuda bangsa yang tangguh, generasi penerus sekaligus akan menggantikan pemimpin-pemimpin bangsa hari ini.

Oleh karena itu, mereka haruslah mendapatkan injeksi pemahaman dengan dosis yang tepat.

Urgensi dilakukannya penguatan pemahaman sejak usia dini ini tidak hanya bertujuan sekadar memberikan label kepada mereka sebagai generasi Pancasilais.

Lebih dari itu adalah agar terjadinya kristalisasi pemahaman yang utuh sehingga berbuah pada sikap dan pengamalan dalam kehidupannya.

Berbagai usaha penguatan sepertinya sudah ditempuh. Di era ini misalnya, pemerintah memiliki lembaga yang bernama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Lembaga yang langsung bertanggung jawab kepada presiden dan di antara tugasnya adalah untuk melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan. Materi pembinaan telah dihadirkan dari sini, termasuk untuk kalangan peserta didik.

Bahkan secara spesifik agar optimal menyasar seluruh peserta didik itu, pemerintah melalui kementerian pendidikannya juga menginisiasi agar dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan mampu melahirkan Profil Pelajar Pancasila dengan enam cirinya: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; berkebhinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis; serta kreatif.

Usaha ini juga diperkuat dengan hadirnya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang menjadi salah satu ciri khas kurikulum merdeka yang konon katanya sedang bergerak semakin masif pada ratusan ribu satuan pendidikan.

Pertanyaannya, apakah upaya-upaya yang dilakukan selama ini telah berhasil membuahkan hadirnya sikap dan pengamalan nilai-nilai luhur itu?

Atau sebaliknya, upaya-upaya tersebut hanya baru sebatas pada hafalan-hafalan semata? Atau bahkan, untuk sekadar hafal lima sila dalam Pancasila pun sudah dipandang bukan suatu keharusan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com