Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irvan Maulana
Direktur Center of Economic and Social Innovation Studies (CESIS)

Peneliti dan Penulis

Pancasila, Titik Temu Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan

Kompas.com - 01/06/2023, 14:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERTENGAHAN abad 19, adalah Otto von Bismarck, seorang negarawan dan politikus Jerman yang dikenal karena perannya dalam menyatukan Jerman.

Ia menjabat sebagai Kanselir Jerman 1871 hingga 1890. Bismarck juga dikenang karena kebijakan-kebijakan sosialnya yang meliputi pengenalan perlindungan sosial bagi pekerja, seperti asuransi sosial, pensiun, dan jaminan kesehatan.

Ia sangat berkontribusi dalam menciptakan sistem kesejahteraan yang menjadi dasar bagi banyak negara modern saat ini.

Bismarck adalah seorang anti-sosialis. Antara tahun 1878 dan 1888, ia menjalankan undang-undang anti-sosialis yang sangat membatasi aktivitas Partai Sosial Demokrat kala itu, meskipun undang-undang tersebut tidak sepenuhnya membatasi aktivitas partai tersebut.

Namun, ia sangat menyadari bahwa jika pekerja tidak diberikan perlindungan terhadap goncangan besar dalam kehidupan seperti kecelakaan industri, penyakit, usia tua, pengangguran, dll, mereka perlahan akan tertarik pada sosialisme.

Dengan kata lain, Bismarck memulai skema kesejahteraan yang banyak orang anggap "sosialis" saat ini, awalnya untuk mencegah kebangkitan sosialisme.

Meskipun Bismarck tidak menganut prinsip sosialis, ia menyadari bahwa keberadaan ketegangan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh pekerja dapat memicu dukungan terhadap gerakan sosialis.

Dalam upaya untuk mempertahankan stabilitas negara dan mengurangi potensi dukungan bagi gerakan sosialis, Bismarck mencoba memperkenalkan perlindungan sosial melalui sistem asuransi sosial.

Sistem asuransi sosial dilakukan bukan dengan motivasi murni sosialis, melainkan untuk kepentingan politik dan stabilitas negara. Meski berbeda warna dan corak politik, Bismarck terbuka demi stabilitas negara.

Bismarck menyadari bahwa ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan ekonomi dapat membahayakan stabilitas negara.

Untuk itu, ia merancang serangkaian kebijakan yang bertujuan melindungi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Salah satu langkah yang diambilnya adalah pendirian sistem asuransi sosial yang mencakup program kesehatan, kecelakaan kerja, dan pensiun.

Selain itu, Bismarck juga melarang anak-anak di bawah usia 14 tahun bekerja dan memberlakukan batas waktu kerja harian. Langkah-langkah ini menggambarkan komitmen Bismarck dalam menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Tepat karena alasan ini, banyak sosialis, terutama di Jerman, pada awalnya menentang negara kesejahteraan. Mereka melihatnya sebagai cara untuk "menyogok" pekerja dan mencegah mereka menggulingkan kapitalisme melalui revolusi dan mendirikan sosialisme.

Namun, seiring waktu, kecenderungan reformis mengalahkan kecenderungan revolusioner dalam gerakan kiri, dan partai-partai di kiri mulai menerima dan aktif mendorong perluasan negara kesejahteraan, terutama setelah Great Depression.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com