"Makanya kami sampai Jakarta kalau enggak salah tanggal 14 ya, tanggal 14 itu sudah kerusuhan, kacau lah saat itu. Kami naik ambulans kemana-mana sama Pak Amien, karena memang ambulans paling aman untuk travelling di Jakarta karena banyak blokade dan banyak tempat yang tidak bisa dimasuki oleh mobil biasa," kata Fahri.
Amien Rais meminjam ambulans dari Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, salah satu rumah sakit milik Muhammadiyah.
Mereka meluncur ke Universitas Trisakti, bertemu para tokoh negeri misalnya Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, dan Malik Fajar.
Eskalasi kerusuhan semakin meningkat, Soeharto yang berada di Mesir untuk kunjungan kerja kemudian pulang ke Indonesia.
Baca juga: Saat Ita Nadia Bersuara soal Pemerkosaan 1998: Habibie Percaya, Wiranto Naik Pitam
Aksi demonstrasi berkembang ke penjarahan hingga kekerasan dan pemerkosaan terjadi. Soeharto didesak mundur.
Gerakan mahasiswa kemudian merencanakan aksi besar-besaran di Istana Negara yang menyebabkan konsentrasi militer di sekitar Monas begitu besar.
Namun rencana tersebut bisa dibilang "prank" untuk saat ini, karena para mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat bergeser melakukan aksi di Senayan yang kosong tanpa pengawasan petugas keamanan.
Baca juga: Pembunuhan Ita Martadinata, Pukulan Telak yang Bungkam Korban Pemerkosaan Mei 1998
"Sampai tanggal peringatan hari kebangkitan nasional yang kita mau mengundang teman-teman ke Tugu Monas itu yang menyebabkan ada konsentrasi militer di kawasan Monas, dan kata orang itu yang menyebabkan militer di Senayan kosong sehingga teman-teman sejak itu pindah ke Senayan dan mengepung Senayan," kenang Fahri.
"Kemudian 21 kita lagi ngumpul semua di Menteng, Presiden Soeharto mengundurkan diri setelah bertemu dengan tokoh-tokoh islam saat itu," pungkas Fahri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.