Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mayjen TNI Rido Hermawan, M.Sc
Pengajar Lemhannas

Tenaga Ahli Pengajar Bidang Kewaspadaan Nasional di Lemhannas

Moralitas Bangsa dan Nalar Merdeka

Kompas.com - 11/05/2023, 08:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAHABAT pembaca yang budiman, saat situasi dunia sedang tak menentu begini, mestinya kita memilih hening, merenung, bahkan berdoa dalam kekhusyukan mengharap ampunan pada Tuhan atas semua dosa kita.

Memohon keselamatan untuk diri pribadi, untuk negeri kita, dan untuk jagad ini. Lihatlah dengan hati, penderitaan besar sedang mengancam di depan mata.

Betapa sadisnya kita, kalau sampai malapetaka itu datang menyerang karena keculasan kita, kesombongan, serta kebodohan yang kita pelihara selama ini.

Anda yang pemimpin, bangunlah. Anda adalah ayah dari rakyat ini. Ingat, ayah! Betapa mulianya ayah yang mengayomi anak-anaknya. Jangan lalim.

Rakyat, patuhi dan dengarkanlah pemimpinmu. Berpolitiklah dengan riang gembira. Tak usah berbalahan hanya karena berbeda pilihan. Perbedaan kita jelas merupakan anugerah dari-Nya, jadi jangan dinodai.

Anda yang menjadi dukun, dokter, dan paramedis, bangkitlah. Dudukmu adalah bencana yang lebih besar. Segeralah ambil tindakan nyata, dari lingkungan rumah. Tersenyumlah di hadapan mereka yang kurang beruntung, tulus melayani dalam keprihatinan.

Anda yang mulia para penganjur agama. Tanggalkan alas kaki. Cobalah lihat setiap lorong dan gang sebelum berbicara, agar khotbah kalian tak menyesatkan umat.

Pedagang dan penyedia jasa, awas bala, kalau dengan sengaja kau naikkan harga, kalau kau sembunyikan barang yang ada hanya karena nafsumu yang serakah.

Sudah terlalu lama panji kebesaran kita tak lagi dikibarkan. Moral yang rapuh tak lagi disadari. Penyamun dan brutus semakin mewujud nyata. Etika sosial kebangsaaan pun telah diabaikan.

Sahabat semua, yakinlah bahwa kita akan tersenyum bahagia jikalau mau peduli terhadap sesama. Lakukan setiap aktivitas dan profesi kita seperti biasa, dengan ketenangan, cinta, welas asih, serta selalu tekun dalam laku lampah.

Ayo kita buang kebencian, saling curiga, baku tuduh, saling menyalahkan. Kita sungguh butuh kebersamaan dan kasih sayang. Air mata takkan menetes jika hati tak terluka.

Tawa takkan merekah jika hati tak terhibur. Rindu takkan hadir jika hati tak menyayangi. Cinta, takkan berputik jika tak mencintai.

Bangsa ini nyaris menuju jurang kehancurannya. Sendi kehidupan kita bergeser ke arah sebaliknya.

Hampir sulit menemukan kohesi yang menciptakan dinamika baru yang lebih baik, meski pada beberapa wilayah, hal itu masih terus digelorakan. Semoga Tuhan senantiasa menjaga dan menyelamatkan kita semua.

Berbaik sangka

Pada usia ke berapa sebaiknya kita bisa terbebas dari belenggu pikiran yang selalu buruk, was-was, khawatir, curiga, rakus, tamak, kikir, dan takut mati karena jubelan dosa?

Sampai kapan kah kiranya kita harus berhenti mengagulkan diri, adigang, adigung, adiguna—dengan semua pencapaian di dunia?

Sehingga yakin bakal mendapat ganjaran surga setelah tak lagi mukim di bumi. Padahal kehidupan ini anugerah dari Tuhan. Lantas kenapa kita tak juga berbahagia?

Ini bukan tentang menyangka semua orang baik, tetapi tentang menyadari ada kebaikan pada segala sesuatu, pada setiap keadaan, dan pertemuan dengan siapa pun.

Baik-buruk perbuatan orang lain biarlah jadi urusan mereka dengan Tuhan dan dirinya sendiri. Sedangkan hati ini, sepenuhnya urusan kita pribadi.

Saya pernah dikhianati, tapi saya menemukan banyak kebaikan di balik kejadian itu. Saya pernah juga berada di titik nadir, tapi saya menemukan sahabat sejati hadir menemani di kala semua orang yang saya kenal, malah berpaling menjauh.

Semua yang tergelar di panggung raya penciptaan ini, bertabur kebaikan. Kepedihan yang paling pahit sekali pun, pasti menawarkan manis sebagai hadiahnya.

Tiada yang perlu ditangisi atas apa pun, selain meraih hati yang ridha pada diri kita sendiri. Sebab yang paling nyata adalah menemukan diri yang sejati.

Sejatinya, tiada perkara pelik dalam kehidupan ini. Apa pun ragam bentuknya. Toh segala yang terjadi, telah ditetapkan sebelumnya—termasuk kehadiran kita di sini.

Kecuali jika pikiran-perasaan kita dilamun badai dahsyat kesemrawutan, maka dunia pun jadi jungkir balik. Mana ujung-pangkal suatu soal, tak lagi bisa dikenali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com