Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Menunggu Permainan PDIP Berikutnya...

Kompas.com - 02/05/2023, 13:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ganjar juga tak diperlakukan spesial sebagaimana elite-elite partai. Dia tidak mendapat potongan tumpeng dari Megawati, juga tak duduk di barisan kursi tamu terdepan.

Meski namanya digadang-gadang sebagai kandidat calon presiden terkuat PDI-P untuk Pemilu 2024, kehadiran Ganjar terasa biasa-biasa saja. Duduk berimpitan. Tidak ada kursi spesial buatnya.

Ganjar duduk berimpitan bersama kader-kader lainnya. Kursi yang ditempati Ganjar juga bukan barisan terdepan. Ganjar tampak duduk di barisan ketiga.

Tumpeng dari Megawati dibagi untuk Jokowi hingga Puan, tak ada untuk Ganjar. Pastinya, jika sekali saja Megawati memberi perhatian pada Ganjar, dengan segera forum akan menyambutnya dengan antusias, hal inilah yang dihindari oleh Megawati.

Sebagian pengamat menilainya hanya bagian dari politik Megawati. Politik seperti bola bundar, bisa bergulir arah mana saja.

Bahkan publik yang mengkhawatirkan terjadinya pengembosan suara PDIP jika Ganjar sampai hengkang pun tak membuat Mega bergeming.

Bahkan ada yang berasumsi sikon itu bisa saja membuat Megawati melepas Ganjar dari partainya karena dianggap membahayakan pada strategi dan rencana kebijakannya.

Menariknya, Ganjar sendiri tampak tak ambil pusing soal pencapresan. Sebagaimana titah Megawati, Ganjar bilang, semua pihak harus bersabar menanti keputusan ketua umum PDI-P.

Karena ini bagian clue politik, terlihat seolah Mega terlihat lebih berhati-hati, tidak memainkan sisi emosionalnya secara lugas.

Menunggu permainan PDIP berikutnya

Lawan-lawan politik koalisi PDIP pascapengumuman Ganjar sebagai capres PDIP, tentu juga ikut bergerak. Resultan tarik menarik kepentingan partai-partai terjadi untuk merapatkan barisan dan mulai menetapkan secara serius siapa capres dan pasangannya.

Publik melalui jagat media sosial menjadi riuh. Sandiago Uno juga memainkan momentum politik tersebut dengan melepas posisinya sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra dan beralih mengenakan jaket hijau sebagai kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Dan Jokowi yang pada awalnya memang komit “mendukung” Ganjar, dengan menyebut pertanda calon yang berambut putih, kali ini terlihat lebih lantang ketika ditanya, siapa sosok yang pantas mendampingi Ganjar sebagai Capres.

Maka nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dan Menteri BUMN Erick Thohir disebut.

Ada yang berargumen selain kapasitas politik, keduanya potensial menjadi pilihan karena kekuatan finansialnya yang tak diragukan. Bahkan untuk pencalonan dan agar dilirik partai-partai saja, Sandiaga Uno rela merogoh Rp 1 triliun.

Dan ia memang politikus muda yang moncer dan kaya raya. Menurut catatan LHKPN yang dilaporkan pada Desember 2021, Sandiaga tercatat memiliki kekayaan sebesar Rp 10,6 triliun, menempatkannya sebagai menteri terkaya di jajaran Kabinet Indonesia Maju.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com