Selanjutnya kader Partai Golkar Ridwan Kamil yang menjabat Gubernur Jawa Barat. Bahkan kali ini, Jokowi justru menyorong Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Cawapres.
Tentu saja ini menjadi sebuah kejutan yang sangat menarik. Terutama bagi kubu koalisi Anies, dengan konstelasi perubahan tersebut, bisa jadi akan banyak partai yang merapat ke barisan koalisi baru PDIP.
Bandul politik bergerak cepat. Kubu Anies Baswedan yang didukung Nasdem, Demokrat, dan PKS tentu akan semakin mensolidkan barisannya mengingat kecil peluangnya menggaet partai-partai di parlemen lain untuk bergabung selain partai baru seperti Partai Ummat yang dibesut Amien Rais.
Dalam situasi yang penuh kejutan itu, Demokrat yang masih berharap pada ketua umumnya Agus Harimurti Yudhoyomo (AHY) sebagai pendamping Anies Baswedan tentu saja ikut ketar-ketir.
Apalagi jika Sandiaga Uno yang merapat ke PKS didorong publik dan partai koalisi lain tandem jadi pasangan.
Apa jadinya jika Ganjar-Prabowo maju, apakah kubu koalisi Anies tak akan berpikir dua kali untuk menarik saja Sandiaga Uno ke pentas.
Lantas bagaimana dengan AHY, akankah mengalah lagi kali ini? Atau seperti langkah PDIP mengusung Ganjar. Bandul politik akan bergerak ke arah yang sama.
Kejutan PDIP via Ganjar memang tak terduga, dan membuat heboh konstelasi politik kita. Meskipun banyak pihak menebak-nebak, jika sejak awal Mega memang telah menjadikan Ganjar kartu truf untuk mendulang kemenangan PDIP dalam Pilpres 2024.
Sementara Puan menunggu waktu yang tepat pada babak berikutnya.
Bagi kader terbaik PDIP seperti Ganjar, tak ada isitilah "dibuang", cuma menunggu momentum yang tepat saja. Dan inilah saatnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.