Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Golkar: Kalah Ogah Menanggung, Menang Ingin Ikut

Kompas.com - 01/05/2023, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menolak konsep demokrasi “kebarat-baratan” hanya untuk membenarkan langkah politik yang ditempuhnya, padahal jalan demokrasi yang dipilihnya secara sadar dengan pelaksanan Pemilu dengan sistem pemungutan suara yang mengadopsi cara Barat, adalah sebuah ambigu.

Memadupadankan konsep the winner takes it all dengan konsep kesebelasan sepakbola yang mewakili negara dengan mengambil pemain dari sejumlah klub itupun juga “akal-akalan” kalimat politik dari Golkar.

Padahal kesebelasan nasional dibangun dari sejumlah pemain bertalenta yang berasal dari berbagai klub dan bertujuan selalu ingin menggapai kemenangan dalam setiap pertandingan yang diikuti.

Mental dan jiwa “kalah” tidak boleh dipunyai oleh setiap pemain. Pemain yang tersisih karena kalah bersaing harus unjuk gigih giat berlatih agar terpanggil kembali dalam seleksi pemain berikutnya.

Rivalitas antarpemain harus terus ditumbuhkan agar setiap pemain bisa meningkatkan kemampuan olah bolanya.

Terhormat menjadi oposisi

Menjadi kekuatan oposisi dan penyeimbang seperti halnya konsep demokrasi Barat harus terus dilembagakan agar ada kekuatan pengingat dan korektif terhadap rezim yang berkuasa.

Apa jadinya jika pihak yang kalah dengan alasan tidak boleh ada “the winner takes it all” bergabung dan diajak semuanya oleh pihak yang menang?

Justru esensi digelarnya Pemilu, Pilkada, dan Pilpres adalah kita ingin ada pihak yang dianggap terbaik untuk bisa memimpin kaum yang kalah.

Pihak pemenang harus menunaikan segala janji politiknya dan pihak yang kalah wajib terus mengingatkan janji politik pemenang. Mengoreksi, mengkritik dan memberi solusi bagi pihak pemenang.

Jika Golkar ingin selalu “menang”, tidak ada salahnya menerapkan langkah diversifikasi politik, misalnya mengubah target nomor satu menjadi nomor dua.

Jika produk yang dijajakan tidak mendapat sambutan positif di pasar, umumnya para produsen akan mengganti kemasan bahkan menarik produk yang selama ini dipasarkan. Boleh jadi konsumen tidak tertarik dan menghendaki produk lain yang memenuhi selera.

Golkar sebagai partai politik besar harus memiliki sikap teguh, berpendirian dan selalu konsekuen dengan jati dirinya.

Dia harus menjadi pemenang, bukan menjadi pecundang. Golkar harus punya sikap istiqomah. Golkar harus siap menjadi pemenang dan siap pula menjadi kekuatan kritis sebagai oposisi.

Golkar harus memberi literasi politik yang benar kepada masyarakat. Menjadi pihak yang menang dan pihak yang kalah dalam kontestasi politik adalah sama-sama bermartabat dalam demokrasi.

Jangan sampai Golkar mendapat stigma persis seperti orang “matre” yang selalu ingin bersama saat pasangannya “tajir melintir” dan mencampakkan pasangannya di saat hidup miskin tanpa harapan menjadi pra-sejahtera sekalipun.

Golkar tidak boleh takut “miskin” karena pilihan yang ditempuhnya.

"Ketika politik mengajarkan bahwa tugas politikus sesungguhnya melaksanakan kehendak rakyat, namun, yang terjadi mereka hanya mementingkan dirinya sendiri." - Joseph Schumpeter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Nasional
Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Nasional
Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Nasional
Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Nasional
Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

Nasional
Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

Nasional
Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Nasional
Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Nasional
Tak Setuju Istilah 'Presidential Club', Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah "Presidential Club", Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com