JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, para pengusaha dan investor asal Eropa menanyakan siapa pemimpin Indonesia setelah Presiden Joko Widodo.
Hal itu diungkapkannya saat memberikan keterangan usai mendampingi Presiden bertemu dengan para pengusaha Eropa di Hannover, Jerman, pada Minggu (16/4/2023).
Menurut Bahlil, pengusaha-pengusaha tersebut percaya dengan Indonesia.
"Tapi,hampir semua pengusaha di Eropa, di mana saja nanya siapa the next yang akan memimpin Indonesia? Apakah masih sama komitmennya dengan Presiden Jokowi atau tidak?" ujar Bahlil, swperti dilansir siaran YouTube Sekretariat Presiden.
"Itu memang jadi pertanyaan untuk kita. Dan saya pikir kita harus mampu bekerja sama, mampu meyakinkan para investor bahwa Indonesia ke depan akan baik-baik saja," kata dia.
Baca juga: Kunker ke Jerman, Jokowi Tarik Minat BASF sampai Volkswagen Investasi di Indonesia
Artinya, lanjut Bahlil, siapa pun pemimpin Indonesia ke depan harus dihadapi bersama.
Dia pun mengakui tidak bisa memberikan harapan palsu kepada para investor tersebut.
"Tapi, satu hal yang saya yakinkan bahwa sampai saat sekarang itu Presiden Jokowi sangat konsisten dan kontinu dalam rangka menjaga investor dari semua negara dan terutama di bagian hilirisasi, khususnya di ekosistem EV baterai," jelasnya.
Adapun pada Minggu, Presiden Jokowi menggelar pertemuan bisnis dengan tiga pemimpin perusahaan Eropa di Hotel Kastens Luisenhoff, Hannover, Jerman.
Ketiga perusahaan itu adalah BASF, Eramet, dan Volkswagen melalui Power Co.
Baca juga: Kunker di Jerman, Jokowi Kunjungi Balai Kota Hannover
Dalam pertemuan tersebut, pemimpin perusahaan BASF menyampaikan secara langsung bahwa pihaknya akan melakukan investasi dalam pembangunan ekosistem baterai mobil di Maluku Utara.
“BASF menyampaikan secara langsung minat investasinya kepada Bapak Presiden Jokowi untuk melakukan investasi di Maluku Utara," ujar Bahlil dalam keterangannya.
"Dalam rangka pembangunan ekosistem baterai mobil yang kurang lebih investasinya sekitar 2,6 miliar dollar AS," lanjutnya.
Nantinya, BASF akan bekerja sama dengan perusahaan Perancis, Eramet, untuk menciptakan ekosistem tersebut dengan menerapkan praktik usaha yang memperhatikan environment, social, and government (ESG) lingkungan dan menggunakan energi hijau.
"Proses pembangunannya akan mulai dilakukan di akhir tahun 2023 ini,” lanjut Bahlil.
Baca juga: Jokowi dan Kanselir Jerman Akan Buka Hannover Messe, Pameran Industri Terbesar di Eropa