Sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 29 persen pada 2030, PT Vale Indonesia pun berupaya menekan emisi karbon dengan berbagai cara.
Salah satunya adalah dengan membatalkan proyek konversi batu bara atau coal conversion project (CCP).
Febriyani mengatakan, pembatalan tersebut membuat perusahaan terhindar dari emisi GRK hingga 200.000 ton karbondioksida (CO2) per tahun.
"Sejak 2015, perusahaan juga menerapkan program penggunaan bahan bakar nabati fatty acid methyl ester (FAME) sebagai biodiesel untuk kendaraan operasional," ujar Febriany.
Baca juga: Mengenal Teknologi HPAL Vale Indonesia untuk Produksi Bahan Baterai Kendaraan Listrik
Kemudian, pada 2019, PT Vale Indonesia mulai memanfaatkan boiler listrik untuk operasional pabrik pengolahan nikel. Adapun energi boiler ini bersumber dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang memanfaatkan tenaga air dari Danau Matano.
Dengan inovasi tersebut, PT Vale Indonesia berhasil menurunkan penggunaan bahan bakar high sulfur fuel oil (HSFO) hingga 67.047 barrel per tahun.
Febriyani menjelaskan, sepanjang 2022, pihaknya telah menurunkan emisi GRK sebesar 330.680 ton CO2 ekuivalen menjadi 1.640.387 ton CO2 ekuivalen. Angka ini menurun 17 persen jika dibandingkan 2021 yang mencapai 1.971.075 ton CO2 ekuivalen.
Melihat upaya serius PT Vale Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mengedepankan prinsip berkelanjutan pada proses bisnisnya, Jokowi pun meminta seluruh industri tambang dapat mencontoh hal serupa.
“Saya perintahkan seluruh perusahaan tambang di Indonesia meniru upaya keberlanjutan yang dilakukan PT Vale Indonesia,” imbuh Jokowi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.