Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/03/2023, 06:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Isu penolakan keikutsertaan Israel dalam ajang Piala Dunia U20 di Indonesia oleh sejumlah pejabat dan politisi menuai polemik.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi salah satu pejabat yang turut menyuarakan penolakan kehadiran Israel.

Menurut Ganjar, penolakan ini merupakan wujud dari komitmen bersama dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Hal ini juga menjadi amanat dari Presiden Sukarno.

"Kita sudah tahu bagaimana komitmen Bung Karno terhadap Palestina, baik yang disuarakan dalam Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, dan maupun dalam Conference of the New Emerging Forces. Jadi ya kita ikut amanat beliau," kata Ganjar, Kamis (23/3/2023).

Sikap sama juga ditunjukkan Gubernur Bali Wayan Koster yang menolak kehadiran Israel karena tidak sesuai dengan kebijakan politik Indonesia.

"Kami mohon agar Bapak Menteri mengambil kebijakan untuk melarang Tim dari Negara Israel ikut bertanding di Provinsi Bali," kata Koster dalam suratnya.

Baca juga: PSSI Heran Isu Penolakan Israel Baru Muncul Sekarang

Sementara itu, pengamat sepak bola Akmal Marhali mengingatkan agar semua pihak tidak mencampuradukan sepak bola dengan politik apapun, baik dalam negeri maupun antarnegara.

Ia berharap pihak yang memiliki kepentingan berhenti menunggangi Piala Dunia U20 untuk mencari perhatian publik.

“Nah ini yang kemudian harusnya menjadi warning buat para politisi kita yang sedang memanfaatkan panggung Piala Dunia untuk mencari simpati publik yang pada akhirnya merugikan banyak pihak termasuk merugikan Indonesia,” ujar Akmal.

Tolak lawan Israel

Soekarno saat menjadi ketua Chuo Sangi-In atau Dewan Pertimbangan Pusat pada masa pendudukan Jepang.
 Wikimedia Commons Soekarno saat menjadi ketua Chuo Sangi-In atau Dewan Pertimbangan Pusat pada masa pendudukan Jepang.
Jauh sebelum aksi penolakan oleh pejabat dan politisi belakangan ini, sejarah pernah mencatat tim nasional Indonesia menolak bertanding melawan Israel dalam kualifikasi Piala Dunia 1958 Swedia.

Penolakan ini terjadi ketika peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia tinggal selangkah lagi.

Ini semua terjadi atas perintah perintah Bung Karno sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.

Dikutip dari jambi.tribunnews.com, dalam sebuah pidatonya, Bung Karno secera terang-terangan membela Palestina kala itu.

“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel." ujarnya.

Baca juga: Isu Timnas Israel, Sosialisasi Telat Jadi Hantu Sepak Bola Indonesia

Karena itu, Soekarno pun memerintahkan agar Timnas Indonesia tak jadi bertanding melawan Israel pada babak Kualifikasi Piala Dunia 1958.

Pasalnya, bila Indonesia meladeni Indonesia untuk mendapat tiket Piala Dunia 1958, sama saja mengakui Israel.

Gagal lolos Piala Dunia

Indonesia pun akhirnya mengundurkan diri dari babak kualifikasi Piala Dunia 1958. Padahal bisa dikatakan, tim sepak bola Indonesia cukup disegani kala itu.

Indonesia bahkan dijuluki 'Macan Asia' karena prestasinya bisa selangkah menuju Piala Dunia.

Selain itu, Indonesia juga sangat berpeluang bisa lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya setelah merdeka.

Sebab, sepanjang kualifikasi, Indonesia saat itu menang dengan skor 2-0 melawan China di leg pertama. Sedangkan di leg kedua Indonesia kalah dengan skor 4-3.

Baca juga: Soal Penolakan Israel, PSSI Sudah Berkomunikasi dengan Pemerintah Bali

Indonesia pun dinyatakan berhak lolos ke babak berikutnya karena unggul aggregat dan bertemu Israel yang saat itu menjadi jawara di kualifikasi zona Asia Barat.

Namun karena Indonesia yang menolak bertanding melawan Israel, maka tiket ke Piala Dunia 1958 Swedia harus melayang.

Bahkan keputusan Bung Karno kala itu, tak cuma menolak melawan Israel di kualifikasi Piala Dunia 1958 saja, Bung Karno juga melarang Israel mengikuti Asian Games 1962 di Jakarta.

Indonesia yang menolak karena tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel dan Indonesia menolak memberikan visa kepada para atlet dan ofisial Israel kala itu.

(Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh, Kontributor Bola, Suci Rahayu, TribunJambi, Andreas Eko Prasetyo | Editor: Sari Hardiyanto, Aloysius Gonsaga AE, TribunJambi, Andreas Eko Prasetyo)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com