JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai, wacana koalisi Partai Gerindra dengan PDI Perjuangan pada Pemilu 2024 sulit terwujud.
Pasalnya, kedua partai sama-sama ngotot ingin mengusung kader masing-masing sebagai calon presiden (capres).
“Nggak mungkin membangun koalisi antara PDI-P dan Gerindra kalau dua-duanya sama-sama ngotot sebagai capres. Mesti ada negosiasi, mesti ada kompromi politik yang paling memungkinkan,” kata Adi kepada Kompas.com, Selasa (14/3/2023).
Baca juga: Muncul Wacana Duet Prabowo-Ganjar, PDI-P: Apa yang Tidak Mungkin dalam Politik?
Sejak lama, Gerindra telah mengumumkan bahwa mereka hendak mengusung sang ketua umum, Prabowo Subianto, sebagai capres. Buat Gerindra, Prabowo adalah capres harga mati.
Sementara, meski belum menyebut sosok tertentu, PDI-P juga telah menegaskan bakal memajukan kader partai banteng sebagai calon RI-1.
Oleh karenanya, menurut Adi, wacana menduetkan Prabowo dengan politisi PDI-P Ganjar Pranowo pada pemilu mendatang terbilang mustahil.
“Duet Prabowo dengan Ganjar sangat mustahil,” ujarnya.
Baca juga: Gerindra dan PDI-P Ngotot Harus Capres di Wacana Duet Prabowo-Ganjar
Apalagi, kata Adi, elektabilitas Gerindra dan Prabowo tak lebih unggul dari tingkat elektoral PDI-P dan Ganjar.
Menurut survei berbagai lembaga, Ganjar mengantongi elektabilitas kandidat capres tertinggi dengan angka elektoral tembus 30 persen.
Gubernur Jawa Tengah itu berhasil menggeser posisi Prabowo yang elektabilitasnya kini berada di urutan kedua, berbalapan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sementara, PDI-P, partai yang menaungi Ganjar, merupakan parpol pemenang pemilu dua kali berturut-turut. Pada Pemilu 2019 lalu, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu mengantongi 27.053.961 atau 19,33 persen suara.
Baca juga: Prabowo Mania 08 Sebut Prabowo-Ganjar Cocok Jadi Pesaing Anies pada Pilpres 2024
Jumlah tersebut jauh melampaui Partai Gerindra yang memperoleh 17.594.839 atau 12,57 persen suara.
Adi yakin, sebagai penguasa dan satu-satunya partai yang memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold, PDI-P enggan menempatkan kadernya "hanya" di kursi calon RI-2.
"Soal daya adaptasi dan penerimaan publik, dari segi kepartaian, dari figur, tentu PDI-P dan Ganjar jauh lebih diterima oleh publik, terutama dari angka-angka survei, ketimbang Gerindra dan Prabowo," katanya.
Kendati demikian, Adi menyebut, Prabowo dan Ganjar berpotensi menang jika berduet pada pemilu mendatang. Keduanya dinilai bisa saling melengkapi.
Baca juga: Wacana Duet Prabowo-Ganjar Dinilai Bisa Konsolidasikan Basis Pemilih
Sosok Ganjar yang punya basis massa kuat di sejumlah wilayah seperti Jawa Tengah dan Bali disebut mampu menutupi kelemahan Prabowo yang massa pendukungnya masih lemah di daerah-daerah tersebut.
Adi menambahkan, peluang kemenangan keduanya lebih besar jika Ganjar dicalonkan sebagai presiden, sedangkan Prabowo cawapresnya.
Sebab, bagaimanapun elektabilitas Ganjar lebih unggul ketimbang Prabowo, pun PDI-P mengantongi lebih banyak dukungan dibanding Gerindra.
“Lebih memungkinkan dan akan lebih memenangkan pertarungan sebenarnya kalau Ganjar capres, Prabowo cawapres, kan begitu kalkulasi politik statistiknya. Tapi itu sekali lagi bagi Gerindra ya Prabowo adalah harga mati,” tutur dia.
Sebelumnya, wacana duet Prabowo-Ganjar datang dari elite Gerindra. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengatakan, partainya berpeluang mendukung Ganjar pada Pilpres 2024.
Asalkan, kata dia, dalam kontestasi itu Ganjar dipasangkan dengan Prabowo, sebagai calon wakil presiden.
"Ya saya kira terbuka kalau Pak Ganjar mau ikut dengan Pak Prabowo, dengan catatan Pak Prabowo calon presiden," kata Hashim saat ditemui di Gedung Joang' 45, Jakarta, Minggu (12/3/2023).
Baca juga: Ganjar Kerap Dilirik Parpol Lain untuk Jadi Capres, PDI-P Singgung Soal Kaderisasi
Menurut Hashim, sudah selayaknya Prabowo menempati kursi capres dan Ganjar di posisi cawapres. Sebab, menurutnya, Prabowo lebih berpengalaman dari Ganjar.
"Pak Prabowo jauh lebih senior, 15 tahun lebih tua pengalamannya berbeda kan," imbuh dia.
Menanggapi usulan tersebut, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa partainya mendorong kader internal untuk maju sebagai capres. Sebagai partai pemenang pemilu, PDI-P enggan “hanya” memajukan kadernya di posisi calon RI-2.
"Ya, kader dari PDI Perjuangan (harus capres), sebagai partai pemenang pemilu dengan kepercayaan rakyat dua kali berturut-turut tentu saja kami akan mengusung calon presiden," kata Hasto di Sentul, Jawa Barat, Senin (13/3/2023).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.