Namun upaya pencegahan itu tidak ada. Menurutnya, yang terjadi adalah pembiaran terhadap potensi berbahaya.
Di bagian lain bukunya, Ridwan Saidi mengatakan reaksi pemerintah terhadap berbagai bencana bagaikan burung hantu. Ia muncul pada malam hari setelah semua terjadi pada siang hari. Pemerintah bertindak setelah semua terjadi. Antisipasi kurang ada.
Untuk saat ini, coba liat bencana atau tragedi Depo Pertamina Plumpang. Setelah kejadian baru muncul pejabat terkait dengan sejuta pernyataan solusi yang diviral bagaikan sinetron.
Ridwan Saidi dalam bukunya mengambil analisa sosiologis Erving Goffman (sosiolog ternama abad ke 20), mencatat tingkah polah kelompok manusia yang dikaitkan dengan alam lingkungan.
Ada kelompok elite politik dan elite pemerintah yang datang ke tempat kejadian bencana dengan wajah sedih, murung, tapi sebenarnya mereka sedang melakukan adegan sinetron. Mereka datang untuk membangun citra demi mendapatkan kekuasaan.
Ridwan Saidi menulis bukunya 15 tahun lalu. Memang gambaran di masa lalu. Tapi almarhum P. Swantoro (mantan salah satu pemimpin Harian Kompas) menulis sebuah buku dengan judul “Masa Lalu Selalu Aktual”.
Berita wafatnya sejarahwan Betawi, Ridwan Saidi pada usia 80 tahun dimuat di majalah Tempo 2 – 8 Januari 2022 (halaman 10).
Di majalah yang sama juga ada tulisan “Kaleidoskop 2022: Tahun Drama, Tahun Bencana” (halaman 34). Awal artikel ini diawali dengan kalimat seperti berikut.
“Pandemi covid-19 melandai, tapi 2022 pergi menyisakan banyak drama, sehimpun bencana. Pembunuhan Brigadir Yosua, tragedi Kanjuruhan, gagal ginjal akut, terbongkarnya penyelewengan dana bantuan, imbas perang Rusia – Ukraina, konflik Papua yang tak kunjung sudah, drama politik perpanjangan masa jabatan presiden, hingga pelbagai bencana hidrometeorolgi akibat krisis iklim”. Demikian kalimat di majalah Tempo halaman 34 dan 35, terbitan 2 – 8 Januari 2023.
Delapan hari kemudian di majalah ini, Tempo terbitan 16 – 22 Januari 2023, dimuat artikel di rubrik opini berjudul “Warisan Pasal Perusak Lingkungan”.
Di bagian awal artikel ini tertulis “Dalam urusan merusak lingkungan dengan cara legal, pemerintah Joko Widodo boleh disebut jagonya.” Maaf ini hanya kalimat cuplikan dari artikel panjang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.