“Tentu Bu Menteri tidak menginginkan situasi kian kontraproduktif buat citra dan merusak kinerja Kemenkeu,” ujar Said.
Lebih lanjut, Said mengatakan, semua pihak patut berbangga atas aksi warganet yang menunjukkan kepedulian terhadap David dan cinta pada negara.
“Harus kita maknai kontrol netizen melalui jagad maya ingin penyelenggara negara makin baik sehingga negara menjadi baik,” katanya.
Baca juga: Soroti Kebakaran Depo Plumpang, DPR Minta Pemerintah Bantu Pertamina Tertibkan Objek Vital
Namun, legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur XI itu menyebutkan, derajat kematangan netizen juga beragam, sebagaimana rakyat pada umumnya.
“Sebagian yang menghendaki menolak membayar pajak barangkali saking emosionalnya. Oleh karenanya, perlu diteduhkan gejolak hatinya, diajak bernalar kembali dengan jernih,” katanya.
Said pun mengategorikan warganet tersebut seperti pemeran Si Unyil. Meski bertahun-tahun serial ini ditayangkan, sosok Si Unyil tidak tumbuh besar.
Unyil dalam serial Si Unyil tetap saja anak-anak dan tidak tumbuh menjadi remaja, apalagi dewasa.
“Meski tidak tumbuh dewasa, pada dasarnya Si Unyil adalah anak dengan kepribadian yang baik. Cuma belum memiliki artikulasi yang dewasa, layaknya kepribadian orang dewasa,” ujarnya.
Baca juga: Komisi VII DPR RI Akan Panggil Pertamina Buntut Kebakaran Depo Plumpang Pertamina
Dalam serial tersebut, ada pula sosok Pak Raden, orang yang memberikan nasehat bijak dengan wawasan yang luas.
“Jagad maya perlu sosok Pak Raden. Namun netizen juga harus paham kelakukan Pak Raden. Dibalik sosoknya yang bijak dan berpengetahuan luas, mentalitas sakit encok Pak Raden jangan ditiru,” katanya.
Said menyebutkan, di balik nasehat-nasehat bijaknya, Pak Raden sering tiba-tiba sakit encok ketika diajak bekerja. Sakit encok menjadi jurus ampuh Pak Raden untuk menghindari pekerjaan.
Dia mengapresiasi usaha besar netizen dalam membuat berbagai gelombang perubahan. Meski begitu, jangan sampai usaha warganet ini ditunggangi oleh Pak Ogah.
Baca juga: Fahri Hamzah: Fraksi DPR Tak Boleh Hukum Anggotanya yang Beda Pendapat
“Mereka menjadi watchdog yang tulus. Kami berharap ketulusan netizen ini tidak ditunggangi Pak Ogah. Pak Ogah ini sangat pandai berselancar memanfaatkan momentum dan peluang untuk kepentingan pribadinya,” katanya.
Said menilai, Pak Ogah bisa menempatkan diri sebagai “barisan massa” untuk bersuara sama menyuarakan kebenaran massa. Di saat yang bersamaan, dia mendapatkan keuntungan materi karena suaranya.
“Suaranya tidak tulus, suaranya adalah hasil transaksi. Tidak ada yang gratis di depan Pak Ogah, sekalipun untuk kebaikan bersama. ‘Cepek dulu dong, Den’ sangat lekat di ingatan kita, terutama generasi baby boomers,” ujarnya.