Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Reza Indragiri Amriel
Alumnus Psikologi Universitas Gadjah Mada

Eliezer dan Polri: Kesanggupan Siapa?

Kompas.com - 23/02/2023, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bahkan tepat apabila penakaran risiko Polri (bersama Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham) lakukan sebelum memutuskan menolak atau menerima Eliezer kembali.

Apabila penakaran risiko menyimpulkan bahwa Eliezer memiliki risiko sangat tinggi untuk melakukan kejahatan kembali, maka Polri perlu menghitung secara seksama kesanggupannya untuk menerima Eliezer.

Sekiranya Eliezer diputuskan dapat kembali bekerja di Polri, juga perlu dipertimbangkan apakah ia akan kembali ke Brimob atau justru dialihkan ke satuan kerja Polri yang tidak berurusan dengan senjata api dan tidak menangani situasi kekerasan. Bahkan bisa saja Eliezer dialihkan menjadi aparat sipil negara Polri.

Kedua, Polri perlu membangun sistem perlindungan khusus bagi Eliezer. Dengan sistem tersebut, Eliezer akan terjaga dari kemungkinan serangan balik oleh kubu-kubu yang barangkali tidak gembira dengan sepak terjang Eliezer.

Dengan kata lain, Polri semestinya nyaman membuka pintu masuk bagi Eliezer yang merupakan seorang justice collaborator alias whistleblower.

Sengaja dicantumkan kata "semestinya" karena realitasnya adalah di lingkungan lembaga penegakan hukum seperti Polri sangat mungkin masih mewabah subkultur menyimpang bernama kode senyap (code of silence).

Kode ini ditandai oleh kekompakan para personel untuk menutup-nutupi kesalahan satu sama lain.

Jadi, datangnya kembali seorang whistleblower justru dikhawatirkan akan dipandang sebagai sosok yang berpotensi mengganggu jiwa korsa korps Tribrata tersebut.

Risiko serangan balik itu pula yang diakui sebagai kendala terbesar bagi anggota organisasi sebelum memutuskan muncul sebagai whistleblower.

Ketakutan itu tercermin pada temuan survei bahwa hampir 90 persen orang menyatakan ketidaksanggupannya menjadi whistleblower akibat bayang-bayang intimidasi, dibukanya catatan aib yang bersangkutan, paksaan untuk keluar dari organisasi tempatnya bekerja, bahkan kriminalisasi.

Karena itulah, sekembalinya Eliezer nanti ke Polri, mutlak penting bagi Polri untuk membudayakan whistleblowing di internal Polri. Sekaligus Polri harus memberikan jaminan bahwa Eliezer dan para whistleblower lainnya terlindungi dari segala bentuk viktimisasi.

Akhirnya, tidak bisa disangkal: dari perkara pidana Sambo, Eliezer, dan lainnya muncul pekerjaan rumah berupa agenda beres-beres organisasi Polri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com