Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lensa Anak Terminal, Jalan Sunyi Alumnus UI Berdayakan Anak-anak Marjinal Depok Lewat Kamera

Kompas.com - 14/02/2023, 05:29 WIB
Vitorio Mantalean,
Icha Rastika

Tim Redaksi

Ia mengaku kerap tergetar saban kali Alfin beres bergiat dengan Lensa Anak Terminal.

Baca juga: Merekayasa Kenyataan dengan Fotografi

 

Si sulung selalu membanjirinya dengan sekebun cerita yang membuatnya percaya, sang anak telah berkelana jauh menyaksikan cakrawala yang lapang.

"Anak saya yang cuma seumuran begitu, bisa nerangin ke saya, 'Mama tahu, enggak, orang yang begini (fotografer) ternyata bisa sukses soalnya caranya dia begini, begitu. Abang ini harus belajar lagi'," ucap Dewi.

"Saya dengarkan, cerita-cerita bahwa ada jurnalis—atau apa lah saya enggak paham bahasanya—nge-fans sama anak saya. Walaupun saya enggak paham, saya berpikir, kok anak saya sudah paham ya, emaknya saja enggak ngerti lho," kata perantau asal Surabaya itu.

Momen haru tersebut kian menggelegak sewaktu Setyo mengiriminya foto Akhsay Mahajan, fotografer profesional asal India, menebus buku foto karya Alfin pada gelaran JIPFEST.

Dewi tak menyangka, tangan mungil Alfin yang sehari-hari bergelimang debu Kota Depok itu berhasil menciptakan imaji yang membetot perhatian orang mancanegara.

"Ibaratnya, mungkin bagi mereka yang banyak uang, mereka bisa bayar gurunya untuk bisa belajar lebih dari ini. Tapi, anak saya, dari kalangan kayak saya, yang suaminya cuma kuli, dan saya cuma pedagang gorengan di sekolahan,” ujar Dewi sesaat tercekat.

"Dia (Alfin) tidak perlu membayar gurunya,” kata dia.

Pendidikan untuk memberdayakan dan memerdekakan


Dewi seakan mau menyampaikan, bila tembok sekolah terlalu tinggi untuk dihampiri sebagian anak, Lensa Anak Terminal adalah sekolah yang rela merendahkan hati untuk menghampiri anak-anak tersebut.

Baginya, Lensa Anak Terminal adalah “harapan sekaligus kebanggaan”. Bagi Setyo, berjalan bersama komunitas ini tak ubahnya perjalanan spiritual.

Lantas, adakah yang membuatnya bangga?

 

Jawabannya, ada.

Setyo bilang, yang membuatnya bangga bukanlah fakta bahwa komunitas ini berhasil menghimpun lebih dari 30 anak sopir angkot sampai pemulung.

Baca juga: Jarak Bukan Penghalang Diba dan Irna Mencari Ilmu di Sekolah Master

Bukan pula kenyataan bahwa komunitas ini cuma butuh 1 tahun untuk tembus gelaran JIPFEST di antara 190 pendaftar dari 40 negara.

Kebanggaan itu tercermin pada jawaban Alfin, si bocah yang gemar memelihara poni rambutnya.

"Nanti kalau aku udah jadi presiden atau tentara, aku ajarin adik-adik juga di jalanan, biar punya ilmu ke depannya, biar masa depannya jadi sukses," ucap dia.

"Kalau kakak-kakaknya masih ada umur, semoga Lensa Anak Terminal dilanjutin. Tapi kalau sudah enggak ada umur, aku yang ngelanjutin," tutur Alfin menanam haru pada diri Setyo.

Menurut Setyo, asa semacam itu bukan saja bersemayam di dada Alfin, melainkan juga adik-adik lain ketika ditanya cita-cita mereka.

"Mereka bilang, 'Saya tidak tahu ke depan mau jadi apa, tapi kalau nanti saya punya kamera, saya juga mau mengajar kayak Kak Setyo ke adik-adik'," ujar pria berambut ikal itu.

Titik inilah yang membuatnya bangga dan meyakini, Lensa Anak Terminal mampu tumbuh besar, menginspirasi aneka gerakan sejenis di tempat berbeda, dan memberikan manfaat yang lebih luas buat anak-anak yang kerap terpinggirkan dari angkuhnya pendidikan arus utama.

"Di situ saya merasa, adik-adik kami mengerti, esensi pendidikan bukan untuk mereka saja, tetapi ikut mengemban ilmu itu dan berjanji menggunakannya untuk memerdekakan orang lain juga," tutur Setyo.

Baca juga: Tak Punya Kelas, Siswa PAUD Sekolah Master Belajar di Teras Masjid

Pendidikan memang tak pernah netral, ujar begawan pemikir dunia pendidikan asal Brasil, Paulo Freire, dalam magnum opus-nya Pedagogy of The Oppresed (1970).

Menurut Freire, pendidikan hanya memiliki 2 opsi, entah ia berfungsi sebagai instrumen penyeragaman, atau instrumen pembebasan.

Setyo memilih jalan kedua. Adik-adik berbakat di Lensa Anak Terminal, tanpa pernah membaca buku Freire atau mengetahui siapa gerangan Pak Freire itu, pun memilih jalan yang sama.

Dalam kondisi serba terbatas dari aspek perlengkapan hingga ruang dan waktu, Lensa Anak Terminal telah membuktikan kepada anak-anak itu bahwa langit tak melulu muram dan kelabu.

Dari jendela bidik, mereka telah melihat sendiri bahwa angkasa pun bisa cerah dan berwarna.

“Sejak masuk UI saya selalu terdogma, bahwa kursi yang saya duduki ini diperebutkan di seluruh Indonesia. Bisa duduk di kursi ini adalah tanggung jawab dan kamu harus memberikan ilmu itu untuk orang lain,” kata Setyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Nasional
Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Nasional
LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Nasional
Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Nasional
Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Nasional
Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Nasional
Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Nasional
Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Nasional
Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

Nasional
Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

Nasional
Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Nasional
Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Nasional
Tak Setuju Istilah 'Presidential Club', Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah "Presidential Club", Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com