Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Biar Dihajar Sampai "Modar" Tetap Ganjar

Kompas.com - 13/02/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ada beragam kegiatan kerelawanan, baik dalam bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Sementara di politik, relawan begitu memiliki daya tawar yang tinggi. Begitu yang dijagokan menang, posisi “komisaris” menjadi imbal balik dukungan bagi makan siang yang tidak “gretongan”.

Makna relawan menjadi kabur ketika bersinggungan dengan politik. Relawan politik yang seharusnya rela menerima tanpa ada imbalan materi, kekuasaan, maupun jabatan nyatanya berujung pada upaya terorganisir untuk mendapatkan keuntungan.

Jika alasan GP Mania karena ketidakjelasan kapan Ganjar dicalonkan berarti memperlihatkan relawan tidak mengerti dengan mekanisme partai dalam proses keluarnya rekomendasi dan konstelasi politik terkiwari. Politik sebagai seni, politik butuh kesabaran serta proses politik itu abstrak ternyata tidak dipahami dengan baik oleh relawan.

Partai pasti ingin menang dan tentu memiliki cara yang tidak bisa didikte oleh relawan. Jika Ganjar dinilai GP Mania tidak mampu meyakinkan relawan sebagai capres pengganti Jokowi, tentunya relawan harus bisa mengomparasi calon-calon yang ada dengan track record-nya. Apakah Ganjar bertipe pintar “memilin” kalimat ataukah memang benar-benar bisa kerja. Jangan sampai usai mencabut dukungan terhadap Ganjar, besok-besok akan mendirikan relawan pendukung capres yang lain.

Lebih janggal lagi, Ganjar dianggap GP Mania tidak memiliki gagasan maupun program untuk membangun Indonesia yang lebih maju dan lebih baik di masa yang akan datang. Seperti lupa atau gagal paham, posisi Ganjar sekarang ini kontras berbeda dengan capres Anies Baswedan. Anies sudah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, sementara Ganjar masih belum selesai dengan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah. Anies sudah dicalonkan oleh Nasdem, sementara Ganjar menunggu proses politik di partainya.

Ganjar tidak pantas dan tidak elok jika sudah menggaungkan program-programnya sebagai capres. Ganjar paham betul dengan fatsoen politik yang beretika dan sebagai orang Jawa, Ganjar sadar betul “unggah-ungguh”.

Jokowi pun di masa lalu juga belum mendeklarasikan program-programnya sebagai capres karena rekomendasi PDI-P pun belum keluar sementara dukungan dari akar rumput mulai menderas.

Jika alasan penampilan Ganjar di media sosial bertolak belakang dengan realita tampilan sesungguhnya, tampaknya GP Mania belum juga paham dengan dunia hiperrealitas di masyarakat modern. Seperti halnya capres-capres lain bahkan yang memaksakan menjadi cawapres sekalipun, kemasan aktivitas di media sosial sekarang ini adalah proses kewajaran.

Menilai ketidakwajaran dalam dunia “semu” di media sosial sebetulnya cukup mudah dilakukan. Misalkan di seluruh tampilan media sosial seorang calon pemimpin mencitrakan dirinya sebagai sosok harapan penuntas segala persoalan rakyat tetapi fakta di lapangan sang tokoh tidak pernah menjadi kepala daerah yang terbukti keberhasilannya. Bahkan tidak pernah menjabat sekalipun, alih-alih menang di pilkada.

Seorang sosiolog Prancis, Jean Baudrillard pernah menyebutkan, ”All that is real becomes simulation.” Semua yang nyata kini menjadi simulasi.

Ungkapan bernada nihilis ini barangkali cara terbaik untuk menggambarkan realitas kehidupan sekarang ini. Makna-makna ini semakin mengaburkan filosofi makna kata relawan. Kerap dipakai kelompok yang mengatasnamakan pendukung politik.

Sesungguhnya kata relawan memiliki tujuan suci dan luntur membaur jadi tim sukses. Kembali saya teringat dengan bentuk perlawanan “diam” terhadap rezim represif dan otoriter Orde Baru terhadap Megawati Soekarnoputeri dan PDI-P yakni elan semangat “Pejah Gesang Nderek Mbak Mega” dan kini bertransformasi menjadi “Biar Dihajar Sampai Modar Tetap Ganjar”.

Jika saatnya Ganjar Pranowo menjadi capres dari PDI-P dan akhirnya mendapat dukungan rakyat di Pilpres 2024 sebagai presiden pengganti Jokowi – tanpa sokongan GP Mania sekalipun – arus dukungan itu akan semakin membesar dan tidak bisa tertahankan lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Ganjar Tanggapi Ide Presidential Club Prabowo: Bagus-bagus Saja

Ganjar Tanggapi Ide Presidential Club Prabowo: Bagus-bagus Saja

Nasional
6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

Nasional
Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Nasional
PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Nasional
Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang 'Sapi Perah'

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang "Sapi Perah"

Nasional
Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Nasional
Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis 'Maksiat': Makan, Istirahat, Shalat

Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis "Maksiat": Makan, Istirahat, Shalat

Nasional
Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Nasional
Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Nasional
Resmikan Tambak BINS, Jokowi: Ini Langkah Tepat Jawab Permintaan Ikan Nila yang Tinggi

Resmikan Tambak BINS, Jokowi: Ini Langkah Tepat Jawab Permintaan Ikan Nila yang Tinggi

Nasional
Terus Berpolitik, Ganjar Akan Bantu Kader PDI-P yang Ingin Maju Pilkada

Terus Berpolitik, Ganjar Akan Bantu Kader PDI-P yang Ingin Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com