Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Biar Dihajar Sampai "Modar" Tetap Ganjar

Kompas.com - 13/02/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Aku selalu menghargai kaum yang kreatif. Yang punya ide-ide yang berani, yang punya fantasi yang menyundul langit.” – Soekarno.

BAGI anak-anak muda yang saat ini dipercaya rakyat – melalui pemilihan langsung tentunya - menjadi kepala daerah atau memimpin dewan, tentunya bukan perkara mudah. Mereka harus merelakan kepentingan pribadinya “mengalah” kepada kepentingan rakyat yang dipimpinnya.

Sahabat saya yang mantan wartawan dan kini didapuk sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Surabaya, Adi Sutarwijono begitu “habis” waktunya melayani keperluan dan keluhan warga Surabaya. Setiap ada pengaduan, dirinya tidak segan-segan menemui warga di gang-gang yang sempit dan bermusyawarah di pos ronda.

Kediaman resminya terbuka untuk umum sepanjang hari. Kadang saya tidak bisa membedakan penampilan Adi saat masih menjadi kuli tinta dengan “kuli” rakyat sekarang ini. Penampilannya sami mawon, sangat semenjana. Sementara ketua DPRD di daerah-daerah lain begitu klimis dan parlente.

Baca juga: Kisruh Konfercab PDI-P Surabaya Berakhir, Adi Sutarwijono Dilantik Gantikan Wisnu Sakti Buana

Mirip dengan Adi Sutarwijono, ada Me Hoa yang menjadi Ketua DPRD Bangka Tengah, Bangka Belitung, malah waktunya “habis” bersama warga ketimbang duduk nyaman di kantornya. Me Hoa begitu mudah dijumpai di rumah-rumah warga yang butuh pengobatan, warga yang tertimpa bencana dan warga yang butuh pertolongan saat ada kematian. Politisi perempuan itu membuktikan dirinya layak menjadi tumpuan harapan warga di saat susah dan sengsara.

Di Ngawi, Jawa Timur saya kenal betul dengan Ony Anwar Harsono yang dipercaya menjadi bupati. Perhatiannya begitu besar terhadap pertanian. Ony sadar betul, dengan majunya pertanian di daerahnya maka akan bisa mengatrol kehidupan warganya menjadi sejahtera.

Perjuangan Bupati Ony tidak sia-sia, Ngawi kini mendapat predikat nomor satu secara kumulatif sebagai kabupaten dengan produksi gabah tertinggi di Tanah Air. Bahkan kini Ony mulai “melirik” potensi pariwisata dengan akan diresmikannya Benteng “Pendem” Van De Bosch – yang dibangun kolonial Belanda tahun 1861 – oleh Presiden Joko Widodo beberapa bulan mendatang.

Peningkatan produktivitas pertanian, penggalakan potensi pariwisata dan pemberian ruang kreativitas untuk anak-anak muda hingga Ngawi dikenal sebagai “kampiunnya” aliran dangdut koplo berbahasa Jawa menjadikan Ngawi sekarang ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Didi Kempot dan Denny Caknan adalah seniman asal Ngawi yang membawa harum nama Ngawi.

Dari Trenggalek, Jawa Timur ada penggemar sepak bola dan sejak dulu aktif dalam kegiatan kerakyatan dipercaya warga menjadi bupati. Namanya Mochamad Nur Arifin. Di tangannya, Trenggalek tidak lagi “ndeso”.

Koperasi yang bagi banyak kepala daerah tidak dilirik, di tangan Gus Ipin – demikian panggilannya – dihela dengan kesungguhan. Beberapa koperasi yang dikelola warga berhasil menjadi besar. Memiliki beragam usaha, mulai dari simpan pinjam hingga penyewaan alat pesta. Bahkan koperasi ala pedesaan tetapi dikelola dengan cara modern, bisa menyediakan dana pertanggungjawaban sosial atau CSR bernilai miliaran rupiah untuk pembangunan sosial desa.

Gus Ipin merangkul anak-anak muda yang suka “nyinyir’ di media sosial untuk aktif terlibat dengan bersedekah informasi mengenai kemiskinan. Informasi dari netizen menjadi penyelaras data akurat bagi penanggulangan kemiskinan. Kini pola penanganan kemiskinan di Trenggalek banyak dipelajari dan dicontoh daerah lain.

Di Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo dengan gaya kerakyatannya terus mengurai satu per satu persoalan di daerahnya. Sinergitas dengan para kepala daerah, membuat persoalan yang muncul cepat di petakan dan dipecahkan.

 

Gaya kepemimpinan Ganjar begitu “gayeng” dan tidak rumit serta rajin turun ke lapangan menjadi penguat konsolidasi penanganan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan. Ganjar juga terus menekankan semua instansi di Jawa Tengah menjadi zona nol toleransi korupsi.

Baca juga: Pasangan Ony Anwar-Dwi Rianto Lawan Kotak Kosong di Pilkada Ngawi 2020

Jika parameter keberhasilan kepemimpinan dinilai dengan ganjaran pernghargaan, tentu Ganjar sudah mengoleksi semua anugerah itu. Justru saya lebih condong kepada peningkatan pendapatan riil yang diterima warga di Jawa Tengah serta turunnya angka pengangguran dan kemiskinan.

Demikian pula tendensi penurunan angka kematian ibu melahirkan, turunnya angka stunting provinsi serta indeks kebahagian yang meningkat, Ganjar telah memperlihatkan karakteristik kepemimpinan kerakyatan yang dirindukan. Mirip bahkan copy paste dengan elan kepemimpinan Joko Widodo yang sohor dengan gaya “blusukkannya”. Tidak ada jarak, mengabaikan aturan protokoler yang ketat serta tidak ”jaim” alias jaga image.

Melihat gaya-gaya kepemimpinan anak-anak muda seperti Ganjar Pranowo, Gus Ipin, Ony Anwar Harsono, Adi Sutarwijono, atau Me Hoa, saya begitu yakin merekalah yang dimaksud Bung Karno sebagai kaum muda yang kreatif. Merekalah yang diharapkan Bung Karno bisa menyundul langit untuk terus memperjuangkan nasib wong cilik.

Relawan yang Tidak Rela

Jelang partai-partai “ber-cc” besar - untuk menyebut partai-partai yang memiliki raihan suara besar di Pemilu 2019 – mengumumkan calon presiden dan calon wakil presiden, perubahan konstelasi dukungan begitu menarik. Dari kondisi riil di lapangan, sebenarnya belum ada partai yang bisa menggamit capres atau cawapres.

Tiket “aman” untuk pencapresan hanya dimiliki PDI-P. Koalisi Perubahan yang dimotori Nasdem, “baru” sekedar mengumumkan capres “jomblo” tanpa pasangan, Anies Baswedan. Kondisi Koalisi Perubahan yang “jomblo” begitu rawan menimbulkan instabilitas mengingat ada dua partai lain anggota koalisi yang menuntut hak untuk mendudukan kadernya di posisi nomor dua.

Sementara Nasdem yang tidak ingin disetir anggota koalisi, mencari selamat dengan memberi tugas capres Anies Baswedan untuk mencari “pengantinnya” sendiri. Logika yang terbangun secara sederhana, tentu Anies tidak bisa serta merta mencari cawapresnya sendiri tanpa mendapat restu dari desainer Koalisi Perubahan, Surya Paloh.

Nasib Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang berintikan Gerindra – PKB serta Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Golkar, PPP, dan PAN juga “jalan di tempat". Jika KKIR sudah mantap dengan capres Prabowo Subianto, tetapi belum final untuk cawapresnya. KIB malah belum memiliki capres dan cawapres yang diusungnya. Golkar secara spesifik menjagokan Airlangga Hartarto, sementara PPP dan PAN malah sibuk menyediakan “tempat” untuk kader-kader luar seperti Erick Thohir.

Baca juga: 5 Alasan Relawan Ganjar Pranowo GP Mania Membubarkan Diri

Sementara PDI-P yang bisa mencalonkan pasangan capres-cawapres sendiri, begitu “lamban” dan terkesan mempermainkan “bola” politik sehingga membuat koalisi-koalisi lain saling menunggu. Semua partai sekarang ini sebetulnya menunggu kepastian PDI-P untuk mencalonkan Puan Maharani ataukah Ganjar Pranowo.

Ketika Megawati Soekarnoputeri sudah menemukan “kata batinnya” maka akan keluar nama capres dan cawapres yang ditunggu publik. Bisa jadi, nasib koalisi-koalisi kembali cair mengingat PDI-P berpotensi merangkul partai-partai lain menjadi teman koalisi.

Potensi terjadinya rivalitas tiga pasang capres-cawapres di Pilpres 2024 sangat memungkinkan dan besar kemungkinan pula Pilpres 2024 berlangsung hingga dua putaran.

Kompleksitas dan kerumitan menentukan capres-cawapres, baik dari aspek eksternal dan internal partai, bisa jadi tidak dimengerti dan dipahami oleh para relawan. Relawan selalu menginginkan partai cepat mendeklarasikan pasangan agar cepat melakukan sosialiasi dan konsolidasi di lapangan.

Sementara partai harus menyiapkan banyak hal, tidak hanya sekedar sosialisasi dan konsolidasi belaka. Basis perkumpulan relawan bersifat cair, tidak berstruktur dan elitis mengingat kendali relawan ada di jajaran pimpinan.

Keanggotaan relawan bersifat sukarela. Hari ini daftar anggota relawan, besok bisa keluar dari perkumpulan relawan. Berbeda dengan partai, tingkat hierarkis organisasinya tersusun mekanistis, dari pimpinan pusat hingga ke anak ranting. Kendali organisasinya terkomando dan tersusun rapi.

Keanggotaan partai melekat dan terikat dengan aturan. Tidak bisa anggota partai sembarangan bersuara dan bertindak. Ketika partai mencalonkan “Si Midun” maka seluruh slagorde partai harus kompak mendukung “Si Midun” tanpa terkecuali.

Langkah GP Mania yang membatalkan dukungannya untuk pencapresan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 di Jakarta (9/2/2023) adalah wajah “keseharian” dalam peta politik kita. Saya jadi teringat praktik-praktik “dukung-mendukung” di era Soeharto, begitu komponen pendukung mudah diciptakan dan mudah pula dibubarkan.

Di era Jokowi, keberadaan relawan begitu mendapat “panggung” bahkan Jokowi memberikan begitu banyak previlese politik maupun ekonomi. Era kebulatan tekad di masa Orde Baru berkuasa memang diciptakan mesin politik yang bernama Golkar untuk mentriger dukungan di akar rumput. Walau bersifat semu, nyatanya Golkar ketika itu begitu membiakkan dukungan dari semua komponen masyarakat untuk menyuarakan narasi tunggal bahwa Soeharto adalah pemimpin yang tidak tergantikan.

Baca juga: Relawan Ganjar GP Mania Bubar, FX Rudy Pasang Badan: Seribu Persen Saya Benarkan Ganjar

Relawan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti sebagai orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela. Dengan demikian, relawan itu melakukan sesuatu hal tanpa ada kewajiban atau dipaksakan. Dunia kerelawanan merupakan aktivitas individu atau kelompok yang memberikan pelayanan tanpa mengambil manfaat finansial.

Ada beragam kegiatan kerelawanan, baik dalam bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Sementara di politik, relawan begitu memiliki daya tawar yang tinggi. Begitu yang dijagokan menang, posisi “komisaris” menjadi imbal balik dukungan bagi makan siang yang tidak “gretongan”.

Makna relawan menjadi kabur ketika bersinggungan dengan politik. Relawan politik yang seharusnya rela menerima tanpa ada imbalan materi, kekuasaan, maupun jabatan nyatanya berujung pada upaya terorganisir untuk mendapatkan keuntungan.

Jika alasan GP Mania karena ketidakjelasan kapan Ganjar dicalonkan berarti memperlihatkan relawan tidak mengerti dengan mekanisme partai dalam proses keluarnya rekomendasi dan konstelasi politik terkiwari. Politik sebagai seni, politik butuh kesabaran serta proses politik itu abstrak ternyata tidak dipahami dengan baik oleh relawan.

Partai pasti ingin menang dan tentu memiliki cara yang tidak bisa didikte oleh relawan. Jika Ganjar dinilai GP Mania tidak mampu meyakinkan relawan sebagai capres pengganti Jokowi, tentunya relawan harus bisa mengomparasi calon-calon yang ada dengan track record-nya. Apakah Ganjar bertipe pintar “memilin” kalimat ataukah memang benar-benar bisa kerja. Jangan sampai usai mencabut dukungan terhadap Ganjar, besok-besok akan mendirikan relawan pendukung capres yang lain.

Lebih janggal lagi, Ganjar dianggap GP Mania tidak memiliki gagasan maupun program untuk membangun Indonesia yang lebih maju dan lebih baik di masa yang akan datang. Seperti lupa atau gagal paham, posisi Ganjar sekarang ini kontras berbeda dengan capres Anies Baswedan. Anies sudah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, sementara Ganjar masih belum selesai dengan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah. Anies sudah dicalonkan oleh Nasdem, sementara Ganjar menunggu proses politik di partainya.

Ganjar tidak pantas dan tidak elok jika sudah menggaungkan program-programnya sebagai capres. Ganjar paham betul dengan fatsoen politik yang beretika dan sebagai orang Jawa, Ganjar sadar betul “unggah-ungguh”.

Jokowi pun di masa lalu juga belum mendeklarasikan program-programnya sebagai capres karena rekomendasi PDI-P pun belum keluar sementara dukungan dari akar rumput mulai menderas.

Jika alasan penampilan Ganjar di media sosial bertolak belakang dengan realita tampilan sesungguhnya, tampaknya GP Mania belum juga paham dengan dunia hiperrealitas di masyarakat modern. Seperti halnya capres-capres lain bahkan yang memaksakan menjadi cawapres sekalipun, kemasan aktivitas di media sosial sekarang ini adalah proses kewajaran.

Menilai ketidakwajaran dalam dunia “semu” di media sosial sebetulnya cukup mudah dilakukan. Misalkan di seluruh tampilan media sosial seorang calon pemimpin mencitrakan dirinya sebagai sosok harapan penuntas segala persoalan rakyat tetapi fakta di lapangan sang tokoh tidak pernah menjadi kepala daerah yang terbukti keberhasilannya. Bahkan tidak pernah menjabat sekalipun, alih-alih menang di pilkada.

Seorang sosiolog Prancis, Jean Baudrillard pernah menyebutkan, ”All that is real becomes simulation.” Semua yang nyata kini menjadi simulasi.

Ungkapan bernada nihilis ini barangkali cara terbaik untuk menggambarkan realitas kehidupan sekarang ini. Makna-makna ini semakin mengaburkan filosofi makna kata relawan. Kerap dipakai kelompok yang mengatasnamakan pendukung politik.

Sesungguhnya kata relawan memiliki tujuan suci dan luntur membaur jadi tim sukses. Kembali saya teringat dengan bentuk perlawanan “diam” terhadap rezim represif dan otoriter Orde Baru terhadap Megawati Soekarnoputeri dan PDI-P yakni elan semangat “Pejah Gesang Nderek Mbak Mega” dan kini bertransformasi menjadi “Biar Dihajar Sampai Modar Tetap Ganjar”.

Jika saatnya Ganjar Pranowo menjadi capres dari PDI-P dan akhirnya mendapat dukungan rakyat di Pilpres 2024 sebagai presiden pengganti Jokowi – tanpa sokongan GP Mania sekalipun – arus dukungan itu akan semakin membesar dan tidak bisa tertahankan lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com