Tentu tidak ada yang salah dengan ide untuk memajukan calon pemimpin perempuan atau gagasan tentang kesetaraan gender.
Masalahnya adalah seberapa besar peluang calon perempuan tersebut untuk menang berdasarkan kalkulasi matematika politik yang ada. Dalam hal ini, tentu matematika politik antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.
"Choice, not chance, determines your destiny", kata filsuf Aristoteles.
Keberanian menentukan pilihan (choice) lebih berperan besar dalam menentukan arah masa depan ketimbang keterlenaan dalam memanfaatkan kesempatan demi kesempatan (chance).
Perpanjangan kesempatan yang diberikan kepada Puan Maharani akan sekaligus memperpanjang seteru antara dua kubu di dalam PDI-P alias akan mempersulit PDI-P untuk bersatu dan menyamakan visi dalam menyongsong tahun 2024.
Karena publik saat ini sudah sangat melek politik. Pemilih sangat sensitif dengan opini publik di satu sisi dan antusias dengan survei-survei politik ilmiah di sisi lain.
Jika PDI-P terus mengesampingkan suara publik, kurang sensitif terhadap hasil-hasil survei yang konsisten memosisikan Ganjar Pranowo unggul secara elektoral, dan bertahan dengan strategi "ambiguitas" semacam itu, dikhawatirkan justru akan merugikan PDI-P sendiri.
"What people have the capacity to choose, they have the ability to change", kata Madeleine K Albright.
Megawati dan PDI-P berkapasitas untuk mengubah ketidakpastian politik menjadi sebuah kepastian yang akan memperpanjang rentang waktu partai untuk bersatu di bawah satu pilihan politik.
Sebenarnya PDI-P telah membuktikan ini secara faktual. Keberanian PDI-P untuk memilih Jokowi ketimbang bertahan dengan keinginan untuk memajukan Megawati Soekarnoputri di ajang pilpres tahun 2014 adalah "choice" yang mengubah peta politik nasional dan membawa PDI-P pada posisi sebagai pemenang.
Artinya PDI-P punya track record yang jelas untuk berdiri secara berani bersama dengan hasil-hasil survei yang memang telah terbukti memenangkan Jokowi kala itu. Lantas kini PDI-P ibarat melupakan pengalaman tahun 2014 lalu dalam berkeputusan.
Setiap bulan selalu ada lembaga survei terpercaya yang merilis hasil survei mereka. Hasilnya pun tetap konsisten bahwa Ganjar Pranowo adalah satu-satunya kader PDI-P yang berhasil mengalahkan kandidat lain yang potensial mengalahkan PDI-P jika calonnya bukanlah Ganjar Pranowo.
Bahkan survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan peningkatan drastis suara Ganjar Pranowo.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih menduduki peringkat pertama sebagai calon presiden 2024 dengan suara sebesar 33,7 persen.
Menurut SMRC, dari bulan Mei 2021 ke Desember 2022, suara Ganjar meningkat drastis dari sebelumnya 25,5 persen.