Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Berisiko Alami Hiperendemi Covid-19, Epidemiolog Sarankan Tetap Vaksin dan Pakai Masker

Kompas.com - 06/01/2023, 17:41 WIB
Fika Nurul Ulya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut, dunia, termasuk Indonesia berisiko mengalami hiperendemi (hyperendemic) Covid-19.

Fenomena ini memunculkan kemungkinan Covid-19 akan naik lagi, utamanya jika tidak ditahan melalui penerapan protokol kesehatan dan akselerasi vaksin hingga dosis ketiga (booster).

Hiperendemi merupakan kondisi saat suatu penyakit muncul terus-menerus di wilayah geografis dan dalam intensitas yang lebih tinggi dibanding endemi.

"Kemungkinan Covid-19 akan naik lagi, ya ada. Ada kecenderungannya sih selain masih belum terkendali, sekarang ke arah hiperendemi. Dan ini yang terjadi di dunia, yang artinya tentu akan bisa terjadi dan berdampak ke Indonesia," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (6/1/2023).

Baca juga: PPKM Dicabut, Epidemiolog: Ada Kemungkinan Kasus Covid-19 Naik Lagi

Dicky menuturkan, hiperendemi mungkin terjadi menyusul fakta bahwa wabah SARS CoV-2 sulit diatasi jika hanya bergantung pada penerapan protokol kesehatan sebagai upaya, seperti 3T, 5M, dan lain-lain.

Faktor lain yang membuat virus mudah bermutasi adalah biologis dari virus yang makin menentukan seberapa cepat ia mampu bermutasi.

Mutasi varian baru ini kemudian lebih menginfeksi dan menimbulkan kesakitan. Bahkan, mampu menembus antibodi jika akselerasi vaksinasi masih begitu rendah.

Beberapa varian baru, kata Dicky, sudah mampu menyebabkan permasalahan jangka panjang di dalam tubuh.

"Saat ini XBB sudah jauh lebih ke arah penyakit yang membawa permasalahan jangka panjang, infeksi kronik, kerusakan organ, menurunkan imunitas. Tantangannya jadi lebih kompleks," ucap Dicky.

"Jadi bukan hanya masalah kematian keparahan, tetapi pola hiperendemi saat ini kecenderungannya akan terjadi kasus infeksi yang tinggi. Tidak bisa diprediksi tapi tinggi," ujar Dicky.

Oleh karena itu, kata Dicky, akselerasi vaksinasi harus terus digencarkan. Hingga Kamis (5/1/2023) pukul 18.14 WIB, baru 174.825.069 atau 74,50 persen warga yang mendapat vaksinasi dosis kedua.

Baca juga: Menkes: Capaian Vaksinasi Covid-19 Indonesia Masuk 5 Besar Dunia, di Bawah AS dan China

Sementara itu, masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis ketiga atau penguat (booster) mencapai 68.695.826 atau 29,27 persen.

Di sisi lain, tak ada salahkan tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan protokol-protokol kesehatan. Menurut Dicky, lebih baik mencegah dari pada mengobati.

"Pokoknya sampaikan saja perlu pakai masker, jangan buat masyarakat bingung. Kalau dikatakan enggak pakai masker, ya enggak akan pakai masker. Kita ambil risiko yang paling kecil," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jamaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jamaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com