Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rizqi Abdulharis
Dosen

Peneliti isu keagrariaan dan kebencanaan

Penataan Kembali Wilayah Bencana

Kompas.com - 04/01/2023, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI PENGHUJUNG tahun 2022, kita menyaksikan berbagai fenomena bencana alam terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Gempa Cianjur mengagetkan berbagai pihak karena terjadi di lokasi yang tidak diidentifikasi sebagai sesar utama di Jawa Barat.

Dua minggu setelahnya, wilayah Garut dan sekitarnya diguncang gempa dengan magnitude 6,4. Selain itu, telah terjadi pula erupsi di Gunung Semeru dan Gunung Kerinci.

Hingga 12 Desember 2022, BNPB mencatat telah terjadi 3.350 kejadian bencana alam di berbagai wilayah Indonesia selama tahun 2022.

Penulis yakin bahwa pertanyaan yang muncul dari adanya fenomena bencana alam di Indonesia tersebut bukanlah seberapa layak Indonesia untuk kita tinggali.

Namun, pertanyaan yang paling sesuai adalah bagaimana kita dapat menghadapi bahaya yang ada di lingkungan agar dapat hidup nyaman dan siap menghadapi berbagai kemungkinan yang ada.

Khususnya untuk gempa di Cianjur, kita dapat belajar banyak dari gempa besar di Pulau Lombok pada 2018.

Pada saat kejadian gempa di Pulau Lombok, korban jiwa sebagian besar terjadi karena terkena runtuhan rumah korban.

Di lain sisi, korban yang berhasil menyelamatkan diri dari reruntuhan rumahnya terjebak di dalam labirin gang-gang tempat tinggalnya karena sempit dan berlikunya gang-gang tersebut.

Bahkan di beberapa lokasi terdapat gang buntu. Akibat terjebak di dalam labirin tersebut, korban terkena runtuhan rumah di sekitarnya.

Kesiapan Pulau Lombok dalam merespons gempa dengan magnitude di atas 7 dari berbagai aspek juga sangat rendah.

Mengingat sebagian besar karakter bangunan di Pulau Lombok tidak dapat bertahan terhadap gempa dengan magnitudo besar, perilaku yang diterapkan hampir di semua negara yang rawan gempa untuk berlindung di dalam rumah, baik di dekat struktur utama bangunan atau di bawah meja, menjadi tidak relevan.

Hasil pengamatan setelah kejadian gempa Cianjur menunjukkan bahwa muncul fenomena sama dengan yang terjadi di Pulau Lombok. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesiapsiagaan menghadapi bencana masih sangat rendah.

Belajar dari berbagai fenomena bencana alam tersebut, kesiapsiagaan menghadapi bencana memegang peranan penting dalam mengurangi dampak bencana.

Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Yoshiyuki Kaneda dari Kagawa University, Jepang, pada kuliah umum berjudul “Sains Ketahanan di Negara Rawan Bencana” yang dilaksanakan di Institut Teknologi Bandung pada 16 Desember 2022, terdapat beberapa pilar utama yang dapat menciptakan ketahanan sebuah negara terhadap bencana, yaitu:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com