Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

Jalan Negosiasi Mengakhiri Gerakan Teror

Kompas.com - 20/12/2022, 16:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

No nation can negotiate with terorrists. For there is no way to make peace with those whose only goal is death.” – George W. Bush, 4 April 2004.

KETIKA kita mendengar kata “teroris”, seringkali yang ada di benak kita adalah seseorang yang tergerak untuk melakukan teror dengan alasan maupun motif yang irasional.

Motif tersebut dapat berasal dari berbagai macam ideologi ataupun paham radikal yang melampaui logika berpikir dan seakan ”mencuci otak” manusia.

Perilaku bom bunuh diri di Astanaanyar, Bandung, misalnya, yang diketahui terindikasi merupakan perilaku teror dengan motivasi agama, semakin menunjukkan bahwa irasionalitas sangat melekat pada pelaku teror.

Mengorbankan nyawa manusia hanya untuk menghilangkan nyawa manusia lainnya dan menebarkan ketakutan tentu adalah cara yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun.

Hal inilah yang terkadang membuat teroris dianggap memiliki irasionalitas, di mana keyakinan dan paham yang dianutnya seakan menutupi nalar logikanya.

Irasionalitas pelaku teror inilah yang membuat negara terkadang menempuh cara-cara kekerasan dalam menumpas terorisme.

Dibanding melakukan negosiasi, yang cenderung memakan waktu dan tenaga, metode hard approach cenderung lebih mudah dilakukan untuk membasmi aksi-aksi teror.

Namun, apakah metode-metode hard approach tersebut terbukti dapat menghilangkan berbagai aksi teror di masa depan secara permanen?

Faktanya, hingga saat ini aksi-aksi teror dengan doktrin agama tetap kerap kali terjadi di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Kejadian bom Astanaanyar seperti menegaskan hal tersebut.

Studi yang dilakukan RAND Corporation pada 2008, meneliti 648 kelompok teror di dunia dalam kurun waktu 1968 hingga tahun 2008.

Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa hanya 7 persen saja dari total kelompok teror tersebut yang gerakannya berakhir akibat dihancurkan oleh kekuatan militer negaranya.

Sebanyak 40 persen kelompok teror berakhir akibat aksi yang dilakukan kepolisian ataupun intelijen, dan 43 persen lainnya berakhir akibat transisi kelompok teror tersebut ke dalam proses politik suatu negara.

Sisanya? Sebanyak 10 persen kelompok tersebut mengafirmasi kemenangan (tercapainya kepentingan) gerakan teroris.

Studi ini menyimpulkan bahwa gerakan teror tidak akan mudah diselesaikan secara permanen, apabila metode represif seperti penggunaan kekuatan senjata tetap terus digunakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com