Deni mengungkapkan, penurunan suara yang Golkar alami dikarenakan adanya partai-partai baru, khususnya pecahan Partai Golkar.
"Di antaranya disumbang oleh adanya masuknya partai-partai baru yang merupakan pecahan dari Golkar seperti Gerindra dan Hanura pada 2009 itu masuk," kata dia.
"Saat itu pula kalau kita perhatikan Golkar turun sekitar 7 persen dari 2004. Dan sekitar 7 persen itu pula yang diperoleh oleh partai pecahan Golkar, yaitu Gerindra dan Hanura," ujar Deni.
Selanjutnya, pada 2014, Golkar kembali mendapat tantangan dengan masuknya Partai Nasdem.
Akan tetapi, kala itu, Nasdem tidak banyak menggerus suara Partai Golkar.
"Terutama juga karena disumbang oleh pada penurunan suara Partai Demokrat dari 2009 ke 2014. Jadi golkar cukup aman. Mungkin kalau Demokrat masih bertahan, kemudian masuk pecahan Golkar yang baru, itu bisa berbahaya bagi Golkar," kata dia.
Baca juga: Survei SMRC: Elektabilitas Nasdem, PPP, PAN Anjlok di Bawah 4 Persen, Kalah dari Perindo
Kini, untuk menghadapi Pemilu 2024, Deni memprediksi tidak ada partai pecahan Golkar lainnya yang akan memberi dampak buruk bagi Golkar.
Dia memperkirakan, Golkar bisa meraup suara seperti pada Pemilu 2019 untuk Pemilu 2024.
"Golkar masih cukup stabil, tetapi tentu harus jadi perhatian. Karena harapannya tentu elektabilitasnya harusnya di atas pemilu sebelumnya," kata Deni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.