Padahal, rerata pendapatan pengemudi online semakin menurun akibat besarnya ceruk penerimaan pengemudi-pengemudi baru.
Sahabat saya bertutur, dapat pemasukan Rp 150.000 per hari dari mengemudi ojek motor online saja sudah hebat, walau diimbangi dengan waktu kerja hampir 18 jam penuh.
Masa-masa indah “besarnya” pendapatan dari pekerjaan mengemudi online hanyalah kisah lama yang tidak mungkin kembali.
Kemiskinan kadang tidak memilih, tetapi kekayaan kerap memihak pada kalangan tertentu saja. Saya masih teringat dengan mendiang dosen saya di Universitas Indonesia (UI) yang wajahnya “berkerut” dan rambutnya telah “memutih”.
Beliau dikenal sebagai “embahnya” ilmu Sosiologi. Profesor Selo Sumardjan menyebut kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang dialami oleh suatu golongan masyarakat karena suatu struktur sosial masyarakat yang tidak bisa ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Berdasarkan hasil riset Harian Kompas terbaru, mayoritas masyarakat Indonesia diketahui tidak bisa mengakses kebutuhan makanan bergizi seimbang atau makanan sehat. Hal ini disebabkan karena harga pangan yang relatif mahal (Kompas.com, 10/12/2022).
Riset Harian Kompas menyebut biaya yang dikeluarkan orang Indonesia untuk membeli makan bergizi seimbang adalah sebesar Rp 22.126 atau Rp 663.791 per bulan.
Harga ini tentunya berdasar standar komposisi gizi Healthy Diet Basket (HDB), yang juga digunakan Organisasi Pangan dan Pertanian (Food Agriculture Organization/FAO).
Dengan patokan biaya sebesar itu, ada 68 persen atau 183,7 juta orang Indonesia yang tidak mampu memenuhi biaya tersebut.
Padahal gizi seimbang itu adalah menu dengan porsi seimbang antara makanan pokok atau sumber karbohidrat, lauk pauk atau sumber protein dan lemak, sayuran dan buah serta air minum.
Hasil analisis Kompas tersebut tidak jauh berbeda dengan analisis FAO tahun 2021 yang menegaskan bahwa ada 69,1 persen penduduk Indonesia yang tidak mampu membeli pangan bergizi.
FAO mengakui, dalam empat tahun terakhir, proporsi warga yang tidak mampu membeli pangan bergizi di Indonesia jauh lebih membaik.
Pada 2017, proporsi penduduk yang tidak mampu membeli pangan bergizi mencapai 70,7 persen, tetapi 2018 ada perbaikan dan menurun menjadi 68,9 persen dan semakin landai di 2019 menapak di 67,3 persen.
Namun, pandemi Covid-19 menyebabkan angka proporsi kembali meningkat menjadi 69,1 persen.
Di tengah hiruk pikuknya pernikahan agung nan kolosal putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep di Jogyakarta dan Surakarta, ternyata masih ada kebahagian yang bisa kita saksikan.