Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Pesta Sudah Usai, Saatnya Memikirkan Rakyat (Kembali)

Kompas.com - 12/12/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Padahal, rerata pendapatan pengemudi online semakin menurun akibat besarnya ceruk penerimaan pengemudi-pengemudi baru.

Sahabat saya bertutur, dapat pemasukan Rp 150.000 per hari dari mengemudi ojek motor online saja sudah hebat, walau diimbangi dengan waktu kerja hampir 18 jam penuh.

Masa-masa indah “besarnya” pendapatan dari pekerjaan mengemudi online hanyalah kisah lama yang tidak mungkin kembali.

Kemiskinan kadang tidak memilih, tetapi kekayaan kerap memihak pada kalangan tertentu saja. Saya masih teringat dengan mendiang dosen saya di Universitas Indonesia (UI) yang wajahnya “berkerut” dan rambutnya telah “memutih”.

Beliau dikenal sebagai “embahnya” ilmu Sosiologi. Profesor Selo Sumardjan menyebut kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang dialami oleh suatu golongan masyarakat karena suatu struktur sosial masyarakat yang tidak bisa ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.

Riset Harian Kompas membelakkan mata

Berdasarkan hasil riset Harian Kompas terbaru, mayoritas masyarakat Indonesia diketahui tidak bisa mengakses kebutuhan makanan bergizi seimbang atau makanan sehat. Hal ini disebabkan karena harga pangan yang relatif mahal (Kompas.com, 10/12/2022).

Riset Harian Kompas menyebut biaya yang dikeluarkan orang Indonesia untuk membeli makan bergizi seimbang adalah sebesar Rp 22.126 atau Rp 663.791 per bulan.

Harga ini tentunya berdasar standar komposisi gizi Healthy Diet Basket (HDB), yang juga digunakan Organisasi Pangan dan Pertanian (Food Agriculture Organization/FAO).

Dengan patokan biaya sebesar itu, ada 68 persen atau 183,7 juta orang Indonesia yang tidak mampu memenuhi biaya tersebut.

Padahal gizi seimbang itu adalah menu dengan porsi seimbang antara makanan pokok atau sumber karbohidrat, lauk pauk atau sumber protein dan lemak, sayuran dan buah serta air minum.

Hasil analisis Kompas tersebut tidak jauh berbeda dengan analisis FAO tahun 2021 yang menegaskan bahwa ada 69,1 persen penduduk Indonesia yang tidak mampu membeli pangan bergizi.

FAO mengakui, dalam empat tahun terakhir, proporsi warga yang tidak mampu membeli pangan bergizi di Indonesia jauh lebih membaik.

Pada 2017, proporsi penduduk yang tidak mampu membeli pangan bergizi mencapai 70,7 persen, tetapi 2018 ada perbaikan dan menurun menjadi 68,9 persen dan semakin landai di 2019 menapak di 67,3 persen.

Namun, pandemi Covid-19 menyebabkan angka proporsi kembali meningkat menjadi 69,1 persen.

Ke mana dan di mana para menteri bekerja?

Di tengah hiruk pikuknya pernikahan agung nan kolosal putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep di Jogyakarta dan Surakarta, ternyata masih ada kebahagian yang bisa kita saksikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com