Siapapun mudah menafsirkan tanda rambut putih. Apalagi si rambut putih ini lepas dari simbol istana.
Dia dianggap lebih merakyat dengan gaya khas ketika blusukan. Natural dan akrab dengan netizen karena cara bermedsos tidak formal-formal amat.
Memang, istana lebih konotatif, masih mengandung tafsir luas. Sementara rambut putih jelas denotatif.
Manakala nama Ganjar Pranowo muncul, maka tanda istana adalah milik "lawan" Ganjar. Bicara lawan, pertama kali terlintas adalah lawan terdekat Ganjar, yaitu Puan Maharani.
Ini lawan di dalam rumah. Jokowi menggiring relawan untuk mengerucut ke dalam rumah dulu. Hal ini terbaca pada dua tanda tadi: istana dan rambut putih.
Dengan demikian, sah saja jika masyarakat - terutama para pengamat politik - beranggapan bahwa Jokowi lebih memberi sinyal kuat kepada Ganjar ketimbang Puan Maharani.
Tidak ada pernyataan terbuka dan blak-blakan dari Jokowi, tetapi semiotika membantu kita untuk menemukan nama yang dimaksud Jokowi.
Sinyal kuat itu sangat membantu para relawan Jokowi untuk bertindak di lapangan. Pada akhirnya, mereka yang berlabel relawan Jokowi bisa saja akan bertindak pula sebagai relawan Ganjar.
Itulah pembacaan semiotika. Pelan-pelan sikap Jokowi terhadap kandidat Capres 2024 kian jelas. Atas nama pembangunan berkelanjutan, maka relawan, pendukung hingga simpatisan Jokowi sudah diberi satu nama yang layak dipertimbangkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.