Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Gempa Susulan Cianjur Masih Berpotensi Terjadi, tapi Berskala Kecil

Kompas.com - 22/11/2022, 13:29 WIB
Fitria Chusna Farisa

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa susulan masih berpotensi terjadi di Cianjur, Jawa Barat.

Namun demikian, skala gempa susulan itu diprediksi tak melebihi gempa pertama bermagnitudo 5,6 yang terjadi pada Senin (21/11/2022) siang kemarin.

"Beberapa hari ke depan (gempa susulan) masih terjadi, tapi untuk terjadi gempa yang lebih besar itu tampaknya kecil kemungkinan," kata Daryono dalam tayangan Kompas TV, Selasa (22/11/2022).

Baca juga: BMKG: 122 Gempa Susulan Guncang Cianjur hingga Selasa Pagi

Menurut catatan BMKG, hingga Selasa (22/11/2022) pukul 07.30 WIB, telah terjadi 122 gempa susulan di Cianjur. Sejauh ini, gempa susulan terbesar bermagnitudo 4,2 dan terkecil magnitudo 1,5.

Ini menjadi kabar baik lantaran tren magnitudo gempa semakin mengecil dan frekuensinya kian jarang.

"Tampaknya gempa kemarin itu sudah menjadi gempa utamanya dan tipe gempa yang terjadi di Cianjur itu bertipe mainshock (gempa utama), aftershock (gempa susulan)," ujar Daryono.

Menurut Daryono, skala gempa di Cianjur sebenarnya tidak terlalu besar. Namun, gempa itu menimbulkan kerusakan besar karena berjenis tektonik kerak dangkal atau shallow crustal earthquake.

Gempa jenis ini memancarkan energi getaran yang sangat kuat dari titik pusat ke permukaan tanah.

Baca juga: Mengapa Gempa M 5,6 di Cianjur Sangat Merusak? Ini Penjelasan BMKG

Selain jenis gempa yang dangkal, kata Daryono, struktur bangunan di wilayah terdampak tidak memenuhi standar tahan gempa. Banyak sekali rumah yang dibangun tanpa mengindahkan struktur aman gempa karena menggunakan besi tulangan atau semen standar.

Lokasi permukiman penduduk yang berada di daerah tanah lunak juga menyebabkan resonansi gelombang yang akhirnya mengamplifikasi atau memperbesar dampak getaran gempa.

Belum lagi, di daerah perbukitan atau lereng, rumah-rumah penduduk mengalami kerusakan parah lantaran topografi wilayah tersebut tidak stabil.

"Gempa itu sebenarnya tidak membunuh dan melukai, tapi bangunan yang tidak standar aman gempa yang kemudian roboh yang menimpa penghuninya itu menjadi penyebab jatuhnya korban jiwa dan luka," kata Daryono.

Lebih lanjut, Daryono menjelaskan, gempa Cianjur dipicu oleh pergerakan sesar Cimandiri. Dalam sejarahnya, daerah-daerah di sekitar sesar tersebut kerap diguncang gempa, termasuk yang berkekuatan besar.

Beberapa gempa yang dampaknya sangat merusak terjadi misalnya pada tahun 1844, 1879, 1910, dan 1912.

Kemudian, sejak seismograf digunakan, tercatat pada tahun 1969, 1982, 2000, 2011, 2012, 2020, hingga yang terbaru pada 21 November 2022 yang juga sangat merusak.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com