JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai, wajar jika Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kerap mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai kontra oleh rakyat.
Lewat kritikan tersebut, AHY dan Demokrat tengah menjalankan fungsinya sebagai partai oposisi pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Kalau menjadi oposisi tapi tidak mengkritik, tidak keras, tidak menyentil kebijakan pemerintah, sama saja bukan oposisi," kata Ujang kepada Kompas.com, Senin (21/11/2022).
Baca juga: AHY: Kita Butuh Infrastruktur, tapi Jangan Semua Uang Negara buat Bangun Infrastruktur!
Namun demikian, kata Ujang, lewat sentilan-sentilannya, Demokrat juga punya kepentingan politik.
Partai berlambang bintang mercy itu dinilai tengah berupaya mendapatkan simpati rakyat yang kecewa dengan pemerintah. Harapannya, elektabilitas Demokrat dapat meningkat.
Dengan demikian, kalangan tersebut dapat memberikan suara mereka untuk Demokrat pada pemilu kelak.
"Vokalnya Demokrat itu bagian daripada untuk menaikkan strategi, untuk menaikkan agar Demokrat mendapatkan simpati publik. Kalau dapat simpati, efeknya adalah elektoralnya, elektabilitasnya tinggi, mendapatkan dukungan dari publik," ujar Ujang.
Baca juga: AHY: Setiap Berdialog dengan Rakyat, Semua Bilang Indonesia Sedang Tidak Baik-baik Saja
Menurut Ujang, kerasnya kritik yang berulang kali dilempar Demokrat ke pemerintah sudah mulai membuahkan hasil.
Elektabilits partai tersebut kini mulai merangkak naik. Menurut survei Litbang Kompas yang dirilis akhir Oktober kemarin, tingkat elektoral Demokrat kini berada di tiga besar, mengekor PDI Perjuangan dan Gerindra, juga menggeser posisi Partai Golkar.
Oleh karenanya, Ujang meyakini, sentilan-sentilan AHY tak hanya sebagai penyeimbang kekuatan pemerintah, tetapi untuk meraup keuntungan politik pribadi.
"Kritik oposisi ini untuk kepentingan politik pribadi dan partai juga," katanya.
Adapun AHY dan Demokrat tak sekali dua kali saja mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi. Dalam pidato terbarunya di acara Pelantikan Pengurus DPC Demokrat Se-Provinsi Jawa Barat, Sabtu (19/11/2022), AHY menyebut bahwa banyak kebijakan aneh pada era pemerintahan saat ini.
Kebijakan itu, menurut dia, tak memikirkan kesejahteraan rakyat. Akibatnya, banyak yang harus menanggung beban berat.
"Banyak kebijakan yang aneh, banyak yang rasanya ugal-ugalan. Kebijakan yang kumaha engke (bagaimana nanti), harusnya engke kumaha (nanti bagaimana)," kata AHY dikutip dari YouTube Partai Demokrat.
"Terserah aja deh pokoknya kita jalan terus, dampaknya rakyat yang tanggung silakan. Masa begitu?" tuturnya.
AHY menyinggung angka kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran di Indonesia yang menurutnya konstan meningkat. Ini diperparah dengan terus meroketnya harga bahan-bahan pokok.
Dalam kesempatan yang sama, putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini juga menyoroti pemerintah yang menurutnya hanya fokus pada pembangunan infrastruktur saja.
Dia juga berulang kali membandingkan era pemerintahan Jokowi dengan masa kepemimpinan sang ayah, SBY. Menurutnya, masa pemerintahan SBY lebih baik, bahkan rakyat merindukan kepemimpinan Presiden ke-6 RI itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.