Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri yang Maju Jadi Capres Diharapkan Mundur, Cegah Konflik Kepentingan

Kompas.com - 17/11/2022, 11:39 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Network for Democracy and Electoral Integrity (Netgrit) Hadar Nafis Gumay mendorong menteri yang kelak mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden mundur dari jabatannya di kabinet.

Dia khawatir terjadi penyalahgunaan jabatan jika menteri tersebut tak mundur dari jajaran pemerintahan.

"Sangat mungkin terjadi konflik kepentingan, sebagai menteri harus berdiri untuk semua, sementara sebagai calon presiden atau wakil presiden tentu berupaya untuk kepentingan dirinya dan kelompok atau partai yang mendukungnya," kata Hadar kepada Kompas.com, Kamis (17/11/2022).

Baca juga: Survei Litbang Kompas: 15,1 Persen Warga Pilih Capres yang Didukung Jokowi

Menurut Hadar, menteri yang tidak mundur dari jabatannya saat mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden sangat mungkin memanfaatkan fasilitas dan otoritasnya di pemerintahan.

Lewat pengaruh yang dia miliki di kabinet, menteri tersebut dengan mudah melakukan upaya pemenangan pemilu presiden (pilpres) secara terselubung.

"Karena kedua tugas dan kegiatan dilakukan secara paralel," ujar Hadar.

Selain konflik kepentingan, beban kerja menteri yang maju sebagai calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) bakal berlipat ganda.

Seorang menteri bertugas memimpin departemen dengan peran dan wewenang di tingkat nasional. Baik buruknya kinerja menteri akan berdampak luas ke jalannya pemerintahan.

Demikian juga menjadi capres/cawapres, perlu persiapan yang panjang dan menjangkau seluruh wilayah sejak tahap pendaftaran sampai pascapemungutan suara.

Baca juga: Jokowi Diminta Legawa, Serahkan Urusan Capres ke Elite Partai Politik

Hadar mengatakan, sulit untuk menjalankan keduanya secara bersamaan tanpa mengganggu salah satu peran.

"Beban kerja menjadi berlipat dan berpotensi harus ada yang dikesampingkan," ujarnya.

Kendati demikian, Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tak melarang menteri dan anggota DPR mundur dari jabatannya jika hendak mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden.

Oleh karenanya, menteri yang kelak menjadi capres atau cawapres diharapkan sadar diri untuk meninggalkan kabinet. Harapannya, presiden juga dapat mengingatkan dan mengawasi para pembantunya di pemerintahan.

"Tentu juga kepada Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) untuk mengawasi agar tidak menyalahgunakan jabatan dan memproses hukum jika terjadi pelanggaran," kata mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu.

Sebagaimana diketahui, MK membolehkan menteri yang maju sebagai capres atau cawapres untuk tak mundur dari jabatannya sepanjang mendapatkan persetujuan dari presiden dan cuti atau nonaktif. Ini tertuang dalam Putusan MK Nomor 68/PUU-XX/2002.

"Saya mengabulkan sebagian permohonan pemohon, sehingga norma Pasal 170 ayat (1) UU 7/2017 bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai pejabat negara yang dicalonkan oleh partai politik peserta pemilu atau gabungan partai politik sebagai calon presiden atau calon wakil presiden harus mengundurkan diri dari jabatannya," kata Ketua MK Anwar Usman seperti dikutip dari laman resmi MK, Senin (31/10/2022).

Baca juga: Kode Keras Jokowi soal Capres: Bocorkan Kriteria Sosok Ideal hingga Lempar Sinyal Dukungan

"Kecuali Presiden, Wakil Presiden, pimpinan dan anggota MPR, pimpinan dan anggota DPR, pimpinan dan anggota DPD, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, wali kota, wakil wali kota, termasuk menteri dan pejabat setingkat menteri, sepanjang menteri dan pejabat setingkat menteri mendapatkan persetujuan Presiden dan cuti/non-aktif sebagai menteri dan pejabat setingkat menteri terhitung sejak ditetapkan sebagai calon sampai selesainya tahapan pemilu presiden dan wakil presiden," sambungnya.

Adapun pendaftaran capres dan cawapres baru dibuka pada Oktober 2023. Sementara, hari pemungutan suara pilpres digelar 14 Februari 2024.

Meski tahap pendaftaran dibuka setahun lagi, sejumlah nama telah menyatakan kesiapannya maju sebagai capres, seperti Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com