Peran ilmu humaniora yang memiliki kekuatan pada daya imajinasi, rasa keingintahuan, dan sikap kritis menjadi sumber inspirasi untuk terus berinovasi dalam menghadapi krisis.
Nilai ini sifatnya tidak sesaat dan lokal tetapi menjadi value universal dan dapat dilanjutkan pada generasi masa depan.
Dalam sejarah panggung dunia internasional, Indonesia memiliki rekam jejak yang kuat karena berhasil memberikan inspirasi baru bagi negara lain.
Di awal kemerdekaan, sebagai negara muda dan dalam ekonomi masih tertatih, Indonesia menjadi inisiator sekaligus tuan rumah dalam membentuk komunitas global yang menggerakan untuk menentang imperialisme dan kemudian kita kenal dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955.
Konferensi tersebut berhasil menghubungkan 29 negara Asia dan Afrika untuk aktif menyusun Dasasila Bandung yang berisikan prinsip dasar kesetaraan, perdamaian dan menghormati kedaulatan setiap bangsa.
Dari konferensi tersebut terhimpun solidaritas yang kuat sehingga menjadi inspirasi dan mendorong kemerdekaan negara-negara baru di Asia dan Afrika.
Solidaritas Bandung tidak berhenti sebagai kegiatan seremonial, tetapi terus bertransformasi melahirkan Gerakan Non-Blok (1961) di Yugoslavia.
Indonesia menjadi salah satu negara pencetus bersama Yugoslavia, India, Mesir, Ghana, dan Burma.
Gerakan ini menjadi penyeimbang dan alternatif ketika dunia dalam kondisi Perang Dingin sehingga mengakibatkan terjadinya polarisasi yang tajam antara Blok Barat dan Timur.
KTT Asia Afrika, Indonesia dianggap berhasil sebagai sebagai negara penggerak dan mampu menjadi “jembatan penghubung” di antara berbagai kepnetingan sehingga menghasilkan daya cipta perubahan.
Dunia terus bergerak dan saling terhubung satu sama lain tetapi ketimpangan kesejahteraan masih terus terjadi dan kesetaraan global belum terwujud.
Menurut World Inequality tahun 2022, sebanyak satu persen orang terkaya di dunia mewakili kekayaan 51 juta penduduk dewasa.
Jika ingin pertunjukan “teater” KTT G20 sukses dan dikenang perlu ada aksi nyata sehingga dapat menjadi solusi permasalahan global dan memori kolektif universal.
Penonton (publik global) akan terus mengingat KTT G20 di Bali karena forum tersebut memiliki kesan kuat dan inspirasi baru karena tindakan langsung yang konkret tepat sasaran.
Slogan KTT G20 “Recover Together, Recover Stronger” menarik dan inklusif karena terkesan ada kebersamaan dan keinginan untuk bangkit lebih kuat dari berbagai krisis yang melanda.